Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Saham Kapitalisasi Kecil Melonjak, Ini Penyebabnya

Sebanyak 22 emiten mencatatkan lonjakan harga saham yang signifikan. Mayoritas saham yang melonjak berkapitalisasi kecil di bawah Rp10 triliun. Saham apa saja yang melonjak dan apa yang faktor pendorongnya?

Bisnis.com, JAKARTA -- Sebanyak 22 emiten di Bursa Efek Indonesia mencatatkan lonjakan harga saham yang fantatis sepanjang awal 2019, meskipun IHSG melemah 1,84% menjadi 6.419 dalam sepekan terakhir.

Mayoritas saham yang mencatatkan lonjakan harga sangat tinggi itu berasal dari emiten dengan kapitalisasi pasar kecil di bawah Rp10 triliun.

Hanya ada empat emiten berkapitalisasi pasar menengah antara Rp10 triliun sampai Rp50 triliun yang harga sahamnya melonjak. Keempat emiten itu antara lain, PT Smartfren Telecom Tbk., PT Indosat Tbk., PT Bank Permata Tbk., dan PT Garuda Indonesia Tbk.

Adapun, emiten yang mencatatkan lonjakan tertinggi adalah PT Siwani Makmur Tbk. sebesar 226%. Padahal, saham emiten berkode SIMA itu sempat diberhentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada November 2015 sampai Juni 2017.

Saham SIMA sempat diberhentikan sementara karena emiten itu berhenti beroperasi.

Pada tahun lalu, SIMA berencana ubah haluan bisnis dari produsen fleksibel plastik menjadi properti dan pertambangan.

Saat ini, SIMA telah menghentikan produksi percetakan dan pembuatan kemas fleksibel.

Kepala Riset Koneksi Kapital Riset Nainggolan mengatakan, pelaku pasar cukup percaya diri bermain pada saham-saham lapis kedua dan ketiga karena lapis pertama sudah agak jenuh.

Penyebab Lonjakan Harga Saham

Lalu, ada tiga penyebab lonjakan harga pada 22 emiten tersebut.

Pertama, adanya isu atau berita aksi korporasi yang signifikan dampaknya seperti, konsolidasi bisnis melalui merger dan akuisisi.

Kedua, saham itu sudah memiliki valuasi yang kelewat murah sepanjang 2018.

Ketiga, saham itu memang memiliki harga yang tinggi, tetapi turun drastis dalam beberapa kuartal terakhir. Investor lantas memandang saham-saham itu berpeluang mengalami pemulihan.

Namun, Alfred mengingatkan investor agar tetap rasional dalam mengapresiasi saham tertentu. Bila sudah terlamapu mahal, sebaiknya dihindari, tetapi kalau masih murah dan fundamental bagus masih berarti masih bisa masuk lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Surya Rianto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper