Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Tekfin Bakal Terus Meroket, Ini Data dan Faktanya

Perusahaan tekfin di bidang sistem pembayaran maupun peer to peer lending diprediksi tetap meroket pada tahun ini. Namun, penyebaran layanan tekfin masih terkonsentrasi di Jawa. Ini data dan faktanya.

Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan teknologi finansial diprediksi terus meroket. Transaksi sistem pembayaran teknologi finansial diperkirakan bisa tembus US$50 miliar sampai 2027, sedangkan peer to peer lending bisa tumbuh hingga tembus Rp40 triliun.

Morgan Stanley mencatat pasar pembayaran digital Indonesia terus berkembang pesat berkat layanan tekfin.

Jumlah transaksi pembayaran digital di Indonesia bisa mencapai US$50 miliar atau setara Rp700 triliun hingga 2027. Saat ini, rata-rata transaksi pembayaran digital mencapai Rp600.000 per bulan.

Para responden lebih memilih pembayaran digital ketimbang konvensional karena beberapa faktor seperti, tawaran diskon, jumlah merchant atau pedagang yang bekerja sama dengan penyedia layanan pembayaran digital, tempat parkir yang pembayarannya hanya bisa lewat transaksi digital, hingga terciptanya ekosistem ramah konsumen.

Dari total peminat transaksi pembayaran digital, Survei Morgan Stanley mengungkap 20% dari 1.582 responden lebih memilih gunakan layanan pembayaran digital dari tekfin dibandingkan dengan bank, perusahaan telekomunikasi, atau e-commerce.

Selaras dengan hasil survei, pertumbuhan transaksi digital memang ditopang oleh layanan tekfin.

Selama setahun terakhir, pertumbuhan transaksi digital dari layanan tekfin sebesar 55%. Pertumbuhan itu melampui layanan milik e-commerce yang naik 47%, bank 41%, uang tunai 35%, dan provider seluler 33%.

Perkembangan Tekfin Peer to Peer Lending

Sementara itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan pembiayaan melalui P2P Lending bakal tumbuh dua kali lipat hingga tembus Rp40 triliun pada tahun ini.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), realisasi penyaluran pinjaman P2P lending sepanjang 2018 tumbuh 785,55% menjadi Rp22,67 triliun dibandingkan Rp2,56 triliun pada tahun sebelumnya.

Dari sisi nasabah, jumlah peminjam P2P lending melonjak 1.579,07% menjadi 4,36 juta. Dengan total nasabah peminjam itu, P2P lending telah mencatat 14,33 juta transaksi.

Kenaikan industri tekfin p2p Lending itu didorong oleh jumlah perusahaan pembiayaan daring yang terdaftar di OJK semakin banyak.

Sampai Februari 2019, ada 99 perusahaan yang telah terdaftar di regulator lembaga jasa keuangan tersebut.

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan nonBank (IKNB) 2B OJK mengatakan, sampai saat ini sudah ada 156 penyelenggara tekfin lending yang sedang melakukan proses pendaftaran.

"Fintech lending ini sedang mengantre, menunggu untuk mendapatkan tanda terdaftar," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (21/2).

Namun, pertumbuhan tekfin P2P lending yang tinggi itu masih terkonsentrasi di Jawa.  86,5% pinjaman melalui tekfin lending disalurkan di wilayah Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper