Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terlalu Lama di Gudang, Kualitas 1,65 juta ton Beras Bulog Turun

Perum Bulog mencatat ada 1,65 juta ton cadangan beras yang bakal mengalami penurunan mutu dan kualitas. Adapun, para peternak menolak menggunakan beras berkualitas rendah itu untuk pakan ternak karena tidak mengandung asupan vitamin yang cukup. Lalu, ke mana pasokan beras itu akan disalurkan?

Bisnis.com, JAKARTA -- Perum Bulog tengah menghadapi persoalan penurunan mutu dan kualitas cadangan beras pemerintah 1,65 juta ton. Ada beberapa hal yang membuat pasokan beras Bulog tidak terserap, salah satunya bantuan nontunai.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arjun Ansol mengatakan, beberapa beras di gudang memang mengalami penurunan mutu sebanyak  6.800 ton. Pasokan yang mengalami penurunan mutu itu berlokasi di Bulog Divre Sumatra Selatan dan Bangka Belitung.

Saat ini, Bulog sedang melakukan mekanisme internal dengan melakukan proses penyotiran dan pemisahan beras di gudang yang berbeda untuk menghindari terkontaminasinya beras yang masih bagus.

Arjun mengatakan, hasil laboratorium bakal menjadi dasar Bulog untuk menentukan langkah selanjutnya.

Jika mutu beras berada di bawah ambang batas keamanan pangan, Bulog akan menjual salah satu bahan kebutuhan pokok itu sebagai pakan ternak. Lalu, kalau beras masih tidak layak untuk pakan ternak, Bulog akan memusnahkan beras tersebut.

"Beras itu adalah hasil pengadaan dalam negeri yang berusia lebih dari satu tahun," ujarnya.

Penurunan mutu beras terjadi karena disimpan terlalu lama. Beras itu terlalu lama di gudang karena pengadaan beras  Bulog lebih tinggi ketimbang penyalurannya.

Arjun menilai kebijakan pemerintah yang mengurangi alokasi beras untuk masyarakat tidak mampu setiap tahun secara bertahap ke bantuan pangan nontunai mempengaruhi penyaluran beras Bulog.

Soalnya, bantuan pangan nontunai itu tidak mewajibkan untuk membeli beras Bulog.

Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan, pengadaan cadangan beras pemerintah harus memperhatikan dua aspek utama yaitu, harga beli di petani dan harga jual di konsumen.

"Perum Bulog melakukan pengadaan beras dan gabah dari petani untuk mengamankan harga di level petani," ujarnya.

Pengadaan beras Bulog itu diharapkan menciptakan permintaan sebesar 2 juta sampai 3 juta ton. Itu yang mendorong harga tidak jatuh.

Sayangnya, Bulog tidak memiliki saluran khusus untuk melepas beras itu kepada konsumen.

Peternak Menolak

Di sisi lain, beras bermutu rendah juga tidak cocok untuk peternakan intensif.

Ketua Himpuanan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M. Zulkarnaen mengatakan, beras sebagai pakan ayam kampung tidak efektif untuk peternakan pola intensif.

"Beras cocok digunakan sebagai pakan ternak untuk peternakan skala rumah tangga," ujarnya.

Peternak unggas memang menolak menggunakan beras kualitas rendah untuk pakan ternak.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko mengatakan, peternak unggas tidak akan menggunakan beras kualitas buruk untuk digunakan sebagai komponen bahan baku pakan ternak.

"Kandungan protein dalam beras itu lebih kecil dibandingkan dengan jenis pakan ternak lainnya. Hal itu akan berdampak terhadap proses pertumbuhan ternak ayam karena asupan vitamin tidak cukup," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Surya Rianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper