Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku industri farmasi masih yakin sektor itu bisa tumbuh lebih baik pada 2019. Meskipun begitu, industri farmasi skala kecil masih menghadapi masalah pembayaran klaim rumah sakit.
Ketua Penelitian dan Pengembangan Perdagangan serta Industri Bahan Baku Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia Vincent Harijanto memperkirakan kenaikan harga bahan baku akibat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan signifikan pada 2019.
"Sekarang, rupiah beranjak menguat, semoga tidak begitu terpengaruh. Saya kira harga sudah cukup banyak naik tahun lalu dan diharapkan ke depan tidak terjadi gejolak," ujarnya.
Pihak Kementerian Perindustrian pun optimistis industri farmasi bisa tumbuh 7% sampai 10% pada tahun ini.
Hal itu dipicu oleh peningkatan investasi dan catatan kinerja positif yang terkatrol dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN itu dinilai masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modal karena potensi permintaan yang meningkat.
Sementara itu, industri farmasi skala kecil dalam tekanan akibat pembayaran klaim BPJS kesehatan.
Pemerintah pun telah menggelontorkan dana bantuan Rp4,9 triliun pada September 2018 dan disusul pencairan tahap kedua Rp5,2 triliun pada Desember 2018 kepada BPJS Kesehatan. Dana itu akan digunakan untuk membayar klaim rumah sakit.
Harapannya, hal itu bisa memperbaiki proses pembayaran klaim dan menyokong kinerja industri farmasi pada tahun ini.
Sebelum ditalangi oleh pemerintah, keterlambatan pembayaran itu menjadi beban industri farmasi dan menganggu arus kas perusahaan sektor tersebut.