Bisnis.com, JAKARTA -- Kecepatan internet 4G Indonesia masih menjadi yang paling lambat di Asia Tenggara. Para operator seluler pun berupaya meningkatkan layanannya dengan memperkuat infrastruktur jaringannya tersebut.
OpenSignal mencatat koneksi internet 4G Indonesia masih mengalami kemacetan sehingga membuat ayunan besar dalam kecepatan jaringannya.
Koneksi tercepat 4G di Indonesia sebesar 18,5 Mbps, sedangkan koneksi terlambat sebesar 5,7 Mbps. Berarti, ayunan kecepatan internetnya sekitar 3,2 kali lipatnya.
Angka itu bisa dibilang cukup besar. Pasalnya, 42% negara yang disurvei memiliki variasi kecepatan hingga dua kali lipat.
Korea Selatan yang memiliki koneksi internet terbaik mengalami ayunan kecepatan internet sebesar 1,4 kali lipat. Koneksi internet tercepat Negeri Gingseng sebesar 55,7 Mbps, sedangkan koneksi terlambat 40,8 Mbps.
Bahkan, Jakarta memiliki rata-rata koneksi internet paling lambat di Asean.
Rata-rata kecepatan unduh di Jakarta sebesar 8,7 Mbps, sedangkan Bangkok 10,7 Mbps, Manila 11,2 Mbps, Kuala Lumpur 13,8 Mbps, Ho Chi Minh 21,9 Mbps, dan Yangon 23 Mbps.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institut Heru Sutadi mengatakan, kestabilan koneksi 4G sangat tergantung dari keberadaan jaringan akses seperti, base transceiver station (BTS). Jaringan BTS harus stabil dan menjangkau wilayah yang luas.
Selain itu, kabel sambungan yang berkualitas, suplai listrik yang tidak bermasalah, dan perangkat 4G yang bekerja maksimal juga menjadi indikator kecepatan internet tersebut.
Langkah Strategis Operator
Sementara itu, operator seluler berupaya untuk meningkatkan kualitas jaringannya dengan memperkuat infrastruktur.
PT Indosat Tbk. berencana menambah 4.300 BTS baru untuk wilayah bisnis, dan beberapa wilayah yang memiliki trafik data tinggi. Emiten berkode ISAT itu juga akan migrasi BTS menjadi jaringan 4G.
Di sisi lain,PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) juga akan menambah infrastruktur jaringan secara agresif, terutama BTS berbasis teknologi mobile broadband 4G LTE.
Lalu, PT XL Axiata Tbk. bakal menjaga konsistensi koneksi internet 4G dengan memantau lalu lintas data di jaringan secara real time dan menyeluruh.
Informasi yang didapatkan itu akan dikombinasikan dengan masukan dari para pelanggan. Nantinya, data keseluruhan akan diolah menggunakan data analitik untuk digunakan sebagai masukan dalam optimasi dan pengembangan jaringan end to end.
Selain itu, emiten berkode EXCL itu menganggarkan belanja modal Rp7,5 triliun pada tahun ini. 80% dari dana itu akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur layanan data.