Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fakta Dibalik Ekspor-Impor Air Minum di Indonesia

Indonesia mencatatkan ekspor air minum naik 13,76%, sedangkan impor air turun 26,69%. Ini penyebab melonjaknya ekspor dan turunnya impor air minum di tanah air.

Bisnis.com, JAKARTA -- Penetrasi air minum dalam kemasan atau AMDK ke pasar ekspor terus bergeliat. Asosiasi Air Minum Dalam Kemasan pun menargetkan industrinya bisa tumbuh dua digit pada tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor AMDK sepanjang 2018 naik 13,76% menjadi senilai US$18,36 juta dibandingkan dengan US$16,48 juta pada 2017.

Lalu, impor AMDK pada 2018 turun 26,69% menjadi US$1,52 juta. Alhasil, neraca dagang untuk AMDK surplus US$16,48 juta sepanjang tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat menilai peningkatan ekspor itu didorong oleh kinerja perusahaan air minum yang meningkatkan ekspor.


"Tingkat ekspor itu disokong oleh industri besar hingga kecil dan menengah," ujarnya.

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengatakan, pertumbuhan ekspor itu mengindikasikan kenaikan permintaan produk AMDK ke negara-negara Asia Tenggara seperti, Filipina, Brunei Darussalam, Singapura, dan Timor Leste.

"Penerapan standar nasional Indonesia juga mendorong daya saing AMDK karena telah terjamin keamanannya," ujarnya.

90% dari 500 perusahaan AMDK adalah industri kecil dan menengah.

Berdasarkan data Aspadin, konsumsi air dari aktivitas industri di Indonesia mencapai 27,7 triliun liter, industri AMDK menggunakan sebanyak 29 miliar liter.

Pada 2019, Aspadin menargetkan pertumbuhan industri AMDK bisa tumbuh hingga dua digit, lebih tinggi dari target kemenperin sekitar 8%.

Impor Air Mineral Alami

Sementara itu, impor air minum dalam kemasan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air mineral alami.

Rachmat mengatakan, air mineral alami harus diimpor karena air jenis itu cukup sulit diproduksi di Indonesia.

"Indonesia adalah negara tropis sehingga banyak bakteri yang hidup di pegunungan tempat sumber air berada," ujarnya.

Air mineral alami adalah jenis air yang diproduksi tanpa ada proses pembunuhan bakteri atau disinfektan seperti air mineral biasa.

Rachmat menjelaskan, impor air mineral alami dilakukan dari negara subtropis seperti, kawasan pegunungan Alpen.

Air mineral alami juga memiliki harga jual relatif mahal sehingga kebanyakan terserap di industri perhotelan dan ekspaktriat. Segmen khusus itu membuat impor AMDK tidak menganggu industri dalam negeri.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani menilai penurunan impor AMDK didorong oleh penghematan hotel-hotel kelas atas yang dalam dua bulan terakhir mengalami penurunan okupansi.

"Kami melakukan subtitusi air mineral alami ke produk dalam negeri seperti, air minum dari bogor," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Surya Rianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper