Bisnis.com, JAKARTA -- Generasi muda Indonesia disebut lebih mengutamakan dampak sosial dan pengalaman ketimbang stabilitas gaji dalam memilih pekerjaan. Bahkan, generasi muda itu memiliki motivasi pekerjaan untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat dan komunitas.
Group Chief Economist SEA Group Santitam Sathirathai mengatakan, mayoritas generasi muda di Indonesia memiliki jiwa wirausaha dan keinginan kuat untuk memberikan dampak sosial kepada masyarakat serta komunitas.
Hal ini berbeda dengan karakter generasi muda di negara Asean lainnya yang lebih mengutamakan stabilitas pendapatan dalam memilih karier.
"Bagi mereka [generasi muda Indonesia], stabilitas dan besarnya penghasilan hanya menjadi faktor ketiga dalam memilih pekerjaan. Padahal, di negara Asean lainnya, penghasilan selalu menjadi faktor utama," ujarnya pada Selasa (9/4/2019).
Hasil survei SEA Group bekerja sama dengan World Economic Forum bertajuk youthpreneurs di Indonesia menunjukkan 24,4% generasi muda Asean memilih berwirausaha, 17,1% bekerja di pemerintahan, dan 16,5% meneruskan urusan keluarga. Lalu, 11,4% sisanya bekerja di perusahaan multinasional, 9,5% bekerja di badan amal atau usaha sosial, 8,8% bekerja di perusahaan lokal besar, 7,1% bekerja di UMKM, dan 5,2% bekerja di perusahaan rintisan.
Survei itu dilakukan kepada anak muda Asean yang memiliki pemikiran terkait prospek pekerjaan dalam era Revolusi Industri 4.0. Dari 13.800 responden yang berusia 30 tahun, hanya 8.591 responde yang menjawab seluruh pertanyaan survei tersebut.
Santitam mengatakan, sebanyak 25,7% generasi muda Indonesia memiliki motivasi pekerjaan untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat dan komunitas.
"Mungkin banyaknya bencana alam menjadi faktor utama mengapa motivasi memberikan dampak sosial begitu besar bagi generasi muda Indonesia. Banyak startup di Indonesia tumbuh subur juga karena misi mereka adalah untuk memberikan dampak," ujarnya.
Sebagai perbandingan, hanya 11,3% generasi muda Filipina yang memiliki motivasi pekerjaan seperti itu, sedangkan Vietnam 10,5%, Malaysia 9,8%, Singapura 7,8%, dan Thailand 4,7%.
Sementara itu, generasi muda Indonesia perlu diperkenalkan dengan ragam profesi baru yang lahir seiring dengan Revolusi Industri 4.0/
Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (IdeA) Ignatius Untung menjabarkan kebutuhan sumber daya manusia masih menjadi tantangan dalam perkembangan ekonomi digital.
Profesi seperti, data scientist, customer behaviour analyst, pricing analyst, artificial intelligence engineer, hingga product manager masih belum cukup dikenal oleh generasi muda Indonesia. Padahal, profesi itu memiliki gaji yang menggiurkan.
"Seorang AI Engineer berpotensi menghasilkan Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan, sedangkan software engginer Rp5 juta sampai Rp25 juta per bulan dalam jenjang kariernya," ujarnya.