Bisnis.com, JAKARTA -- Harga batu bara menunjukkan tren penurunan. Emiten sektor komoditas itu pun harus putar otak agar bisa menjaga kinerja hingga akhir tahun.
Salah satu strategi yang dilakukan adalah melakuka efisiensi operasional sehingga margin keuntungan bisa terjaga. Hal itu dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suherman mengatakan, pihaknya tengah melakukan review atau meninjau kembali serta optimasi perencanaan tambang.
"Tujuannya,untuk mendapatkan operasional yang lebih efisien sehingga rasio margin tetap terjaga," ujarnya.
Namun, Suherman mengaku sampai saat ini pihaknya belum memerinci strategiyang disiapkan perseroan untuk efisiensi operasional.
Senada, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk. Febriati Nadira menjelaskan, perseroan akan menjalankan efisiensi di seluruh rantai bisnis sehingga menghasilkan kinerja yang solid.
Sebelumnya, Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, perseroan akan terus mengendalikan biaya untuk mempertahankan margin yang sehat.
Berbeda dari Bukit Asam dan Adaro, PT Mitrabara Adiperkasa Tbk. justru ingin mencuri kesempatan dari penurunan harga batu bara saat ini.
Direktur Utama Mitrabara Adiperkasa Widada mengatakan, harga batu bara terus mengalami penurunan sejak kuartal IV/2018. Perseroan pun meracik taktik untuk melakukan efisiensi biaya.
"Biaya sampai kuartal I/2019 sudah turun 10%. Kami terus mencari cara demi menekan biaya sekitar 10% sampai 15%," ujarnya.
Meskipun begitu, Widada menyebutkan ada peluang yang bisa dimanfaatkan di tengah penurunan harga batu bara seperti saat ini.
"Mungkin ada produsen batu bara yang menurunkan produksi sehingga ada pasar yang tidak menerima pasokan. Kami mengincar pasar yang ditinggalkan tersebut," ujarnya.
Di sisi lain, tren harga batu bara diprediksi masih tertekan sepanjang tahun ini.
Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan, selama harga minyak dunia melemah, harga batu bara akan ikut terseret turun.
"Produksi minyak dunia itu melimpah dan itu bakal berdampak negatif ke batu bara," ujarnya.
Dia menyebutkan, katalis positif dari sisi permintaan tidak terlalu banyak. Akan tetapi, langkah China yang memerintahkan kepada provinsi negara itu untuk menerbitkan municipal bond setidaknya menjadi stimulus dari Negeri Panda.
"Katalis lainnya adalah valuasi sektor batu bara sudah murah, nilai bukunya rata-rata sekitar 0,5 kali sampai 1 kali. Quite cheap, jadi downsidenya terbatas, tetapi upsidenya juga terbatas," sebutnya.
Harga batu bara acuan (HBA) Juni 2019 menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,46% menjadi US$81,48 per ton dibandingkan dengan US$81,86 per ton pada Mei 2019.