Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah ancaman serangan siber di Indonesia disebut meningkat. Untuk itu, pengguna internet di Indonesia juga diminta berhati-hati untuk beraktivitas di jagat maya.
Menurut laporan Symantec berjudul Internet Security Threat Report Volume 24 yang dirilis pada Februari 2019 mencatat serangan siber di Indonesia sebesar 2,23% dari total kejahatan di global pada 2018. Persentase itu meningkat ketimbang 2017 yang sebesar 1,67% dari total serangan siber global.
Head of IT Cybersecurity and Insurance Enterprise Architect PT IBS Faisal Yahya mengatakan, keamanan siber adalah tanggung jawab semua pemangku kepentingan dari pemerintah, swasta, dan masyarkat.
Namun, pola yang digunakan para pelaku kejahatan dunia maya justru menempatkan tanggung jawab paling besar kepada pengguna internet.
Faisal pun memerinci beberapa kesalahan mendasar pengguna internet sehingga bisa menjadi korban serangan siber yakni, pengguna internet terlalu mudah menyerahkan data pribadi ke platform media sosial. Hal itu membuat dark web terus berkembang.
Kemudian, para peretas juga memanfaatkan jaringan WiFi pribadi sebagai media untuk menyimpan data-data yang dibocorkan.
Dia menyebutkan, bahaya muncul ketika jaringan yang diakses secara diam-diam itu dimanfaatkan sebagai infrastruktur tersembunyi guna menyimpan data oleh para penjahat dunia maya.
Data yang disimpan di dalam infrastruktur tersembunyi tersebut tidak akan muncul dalam indeks mesin pencari. Pasalnya, data yang diakses dengan cara itu tidak bisa didaftarkan.
Oleh karena itu, Faisal mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan dengan kemajuan teknologi. Namun, lebih berpikir mengenai tindakan sederhana yang dapat membantu keamanan siber seperti, berhati-hati dalam berlangganan suatu konten di internet dengan menggunakan email pribadi atau tidak terburu-buru menggunakan aplikasi-aplikasi baru yang menjadi tren.
"Artinya, kita harus mulai dari tingkat kesadaran. Indonesia masih dalam tahap itu," ujarnya.
Survey Global Ipsos-Centre for International Governance Innovation (GICI) mencatat sebanyak 8 dari 10 warganet global sudah mengkawatirkan keamanan privasi mereka lebih banyak ketimbang tahun lalu. Kekhawatiran itu terutama muncul pada warganet di negara berkembang.
Warganet Mesir dan Hong Kong memiliki kekhawatiran tertinggi terkait serangan siber sebesar 96%, sedangkan India dan Nigeria 92%, Meskiko 90%. Lalu, warganet Indonesia yang khawatir terkait keamanan privasi berada pada urutan ketujuh sebesar 86%.