Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Paling Cuan Semester I/2019, Hotel OSO Anti Loyo

Citra Putra Realty menjadi emiten yang paling perkasa sepanjang tahun berjalan ini. Apa rahasia emiten yang baru IPO pada 18 Januari 2019 itu?

Bisnis.com, JAKARTA - Hotel Grup OSO PT Citra Putra Realty Tbk. menjadi emiten dengan harga saham paling perkasa sepanjang tahun ini. Padahal, emiten berkode CLAY itu belum membukukan laba bersih sama sekali hingga saat ini.

Harga saham CLAY sudah melejit 2.022% dari harga penawaran perdana senilai Rp180 per saham pada 18 Januari 2019 hingga saat ini. Pada perdagangan Senin (29/07/2019), harga saham CLAY lanjut menguat 2,69% menjadi Rp3.820 per saham.

Sejak 2015, Citra Putra Realty belum juga meraup untung sepeserpun. Sampai 2018, perseroan masih merugi Rp18,85 miliar, sedangkan kinerja kuartal I/2019 juga masih rugi Rp8,42 miliar.

harga saham CLAY
harga saham CLAY

Lewat aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) terbaru, perusahaan yang masih merugi memang punya peluang untuk melantai di bursa. Nantinya, perusahaan yang masih merugi itu akan berada di papan pengembangan.

Namun, perusahaan yang merugi itu harus sudah membukukan laba pada tahun kedua setelah melantai di bursa, tetapi ada beberapa sektor usaha tertentu yang boleh baru membukukan laba hingga akhir tahun ke-6.

Lalu, apa spesialnya Citra Putra Realty itu hingga harga sahamnya melejit ribuan persen?

Kepemilikan saham CLAY
Kepemilikan saham CLAY

Komposisi pemegang saham Citra Putra Realty alias CLAY. / sumber : prospektus IPO perseroan

Jajaran direksi CLAY pun merespons lonjakan saham perseroan sejak pertama kali melantai di BEI pada 18 Januari 2019.

Direktur Citra Putra Realty Dodon Tri Koeswardana mengatakan, nilai aset perseroan dinilai cukup besar, terutama untuk hotel di Bali. Sejauh ini, perseroan memiliki dua hotel yakni, The Stones Hotel di Bali dan The Clay Hotel di Jakarta.

"Investor menilai sektor pariwisata masih cukup baik dan bisnis kami juga memiliki aset nyata alias ada fisiknya," ujarnya ketika dihubungi Bisnis.com pada Selasa (2/7/2019).

komposisi grup OSO
komposisi grup OSO

Komposisi grup OSO dan sekilas sejarah Citra Putra Realty./ Sumber : Prospektus IPO Perseroan

Sampai kuartal pertama tahun ini, CLAY mencatatkan kenaikan sebesar 11,89% menjadi Rp680,87 miliar dibandingkan dengan akhir 2018.

Dodon melanjutkan, sektor pariwisata juga mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, terutama kawasan timur Indonesia.

"Bisnis pariwisata ini punya prospek jangka panjang, tetapi tidak bisa dipungkiri harga tiket pesawat memengaruhi bisnis perhotelan juga," ujarnya.

Hotel Bintang Lima di Pontianak dan Prospek CLAY

Citra Putra Realty memang masih belum membukukan keuntungan hingga saat ini, tetapi perseroan menjanjikan akan mulai bagikan dividen pada 2027. Dengan tahun buku 2026, perseroan berniat membagikan dividen sebanyak-banyaknya 25% dari laba bersih.

Setelah melantai di bursa sejak Januari 2019, perseroan telah menghimpun dana senilai Rp93,6 miliar. Dari total dana itu, perseroan menggunakannya untuk membeli lahan di Pontianak, Kalimantan Barat, senilai Rp68 miliar.

"Minat investor cukup tinggi, tidak banyak yang mau jual sejak IPO. Target harga hingga bulan depan [Agustus 2019] bisa mencapai Rp3.300 per saham [pada 2/07/2019 harga saham CLAY masih berada di level Rp3.190 per saham]," ujar analis PT Panin Sekuritas William Hartanto pada Senin (1/7/2019).

proyek Citra Putra Realty
proyek Citra Putra Realty

Nilai beli tanah di Kalimantan itu disebut di bawah harga pasar yang seharusnya Rp69,78 miliar. Tanah yang dibeli itu pun milik PT Citra Putra Mandiri yang juga pemegang saham pengendali perseroan.

Dari prospektus IPO CLAY, Citra Putra Mandiri dimiliki oleh Raja Sapta Ervian, Serviati Oesman, Sapta Aji, Raja Sapta Oktohari, dan Putri Selaras. Kelima orang itu memiliki hubungan dari anak dan istri dengan Oesman Sapta Odang.

Tanah di Pontianak itu akan dibangun hotel bintang 5 [meskipun di prospektus disebut hotel bintang 4]. Perseroan bisa menjadi pelopor pemilik hotel berbintang 5 di Pontianak tersebut.

Dodon pun mengaku, proyek di Pontianak masih berjalan sesuai rencana. "Nantinya, proyek ini akan mengerek kinerja perseroan kelak," ujarnya.

Proyek hotel perseroan di Pontianak akan memakan biaya senilai Rp302,43 miliar. Lalu, proyek itu harus mulai beroperasi pada 2022 demi menjaga keuntungan yang telah direncanakan. Jika proyek itu molor, perseroan bisa mencatatkan selisih nilai pemasukan dan pengeluaran yang negatif.

Investor Harus Berhati-hati

Saham Citra Putra Realty menjadi salah satu saham yang sempat terkena auto reject atas (ARA). Namun, analis mengingatkan, emiten anyar yang terkena ARA bukan berarti peminatnya tinggi atau fundamentalnya bagus.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, sulit menilai ARA yang terjadi pada saham emiten baru disebabkan oleh peminat yang tinggi atau faktor fundamental keuangannya.

"Ini malah lebih ke spekulasi, apalagi didorong oleh berita dengan nada positif sehingga hari pertama langsung melonjak tajam," ujarnya pada Selasa (16/07/2019).

Faktor likuiditas yang kecil karena jumlah saham yang dilepas ke publik tidak banyak juga bisa mendongkrak harga saham emiten anyar.

Reza menyarankan, investor tetap mencermati fundamental emiten yang ingin dibeli.

harga saham CLAY
harga saham CLAY

"Lalu, perhatikan iklim industri, serta kelebihan permintaan saat penawaran saham perdana," ujarnya.

Di sisi lain, Head of Research Institution MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan, strategi stabilisasi harga secara umum dilakukan oleh perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) strategis. Hal itu pun membantu mendongkrak harga sahamnya ketika pertama kali melantai di BEI.

"Alokasi saham IPO ke investor ritel dan institusi juga bisa menjadi kesuksesan lonjakan harga saham IPO," ujarnya.

Thendra pun mengingatkan, saham pendatang baru yang kena ARA bukan berarti langsung memiliki prospek bagus ke depannya.

"Investor harus tetap menganalisa realisasi kinerja emiten pascaIPO," ujarnya.

Kerugian Akibat Beban Usaha dan Bunga yang Tinggi

Lantas, bagaimana fundamental CLAY sebagai saham yang melejit paling perkasa sepanjang tahun berjalan ini?

Penyebab CLAY masih mengalami kerugian hingga saat ini adalah beban usaha yang mencapai Rp19,81 miliar pada kuartal I/2019. Nilai itu jauh lebih besar ketimbang laba kotor perseroan yang senilai Rp14,28 miliar.

Beban usaha terbesar perseroan berasal dari beban karyawan yang naik 11,09% menjadi Rp7,64 miliar pada kuarta pertama tahun ini. Selain itu, rugi perseroan kian menumpuk akibat beban bunga pinjaman yang mencapai Rp8,22 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

Salah satu kreditur perseroan adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Perseroan mencatatkan sisa utang yang harus dibayarkan ke bank plat merah itu senilai Rp337,04 miliar.

Kredit dengan emiten berkode BBRI itu dilakukan sejak 28 Desember 2010. Tenor kreditnya selama 84 bulan atau selama 7 tahun dengan ketentuan grace period 18 bulan sejak tanda tangan akad kredit.

Kira-kira, jika proyek perseroan di Kalimantan berjalan lancar, sejauh apa harga saham CLAY bisa melejit ya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper