Bisnis.com, JAKARTA - Orang terkaya di dunia bersama keluarganya disebut bisa mendapatkan pendapatan setara US$70.000 atau Rp997,15 juta [kurs US$1 = Rp14.245] per menit. Bayangkan, apakah pendapatanmu selama setahun bisa mencapai nilai tersebut?
Jumlah pendapat itu dimiliki oleh keluarga pemilik Walmart Store yang berstatus sebagai klan terkaya di dunia. Keluarga Walton [Pemilik Walmart] mencatatkan diri sebagai klan terkaya di dunia menurut data 25 keluarga di dunia versi Bloomberg.
Keluarga Walton memuncaki klasemen sebagai orang terkaya di dunia sejak Juni 2018. J/umlah kekayaan pemilik Walmart itu pun terus meningkat, saat ini [19 Juli 2019] jumlahnya tembus US$191 miliar atau naik US$39 miliar dibandingkan dengan Juni 2018.
Amerika Serikat (AS) pun mendominasi posisi keluarga terkaya di dunia setelah klan Mars berada di posisi kedua. Keluarga yang memiliki produk M&M's sampai Snickers itu memiliki kekayaan mencapai US$127 miliar.
Posisi ketiga pun dikuasai oleh keluarga asal AS lainnya yakni, keluarga Kochs. Klan kaya yang gemar berpolitik itu memiliki harta hingga US$125 miliar.
Melihat daftar tiga orang terkaya berasal dari AS itu menggambarkan fakta kalau 0,1% orang terkaya Paman Sam telah mengendalikan perputaran uang di dunia sejak 1929.
Seperti dikutip dari Bloomberg, beberapa kritikus menilai angka-angka keluarga terkaya di dunia itu menjadi bukti kalau sistem kapitalisme harus diperbaiki. Kesenjangan sosial pun menjadi isu politik yang eksplosif di semua wilayah.
Ketika ketegangan terkait kesenjangan itu meningkat, beberapa ahli waris keluarga terkaya itu langsung mendukung kebijakan pemerintah seperti, pajak kekayaan.
Liesel Pritzker Simmons pemilik Hyatt Hotels dan menjadi keluarga terkaya nomor 17 dunia mengatakan, perekonomian negara bisa bergerak karena keluarga terkaya itu melakukan sesuatu.
"Jika kami tidak melakukan apapun dan memilih menimbun kekayaan, negara bisa saja hancur berantakan," ujarnya.
Dari beberapa data kekayaan yang bisa dilacak, sebagian besar didapatkan lewat suku bunga yang rendah, pemangkasan pajak, deregulasi, dan inovasi.
Koch Industries yang dimiliki keluarga terkaya ketiga kini telah memiliki perusahaan modal ventura, sedangkan generasi terbaru Walton malah mendirikan perusahaannya sendiri.
Dalam tulisan Bloomberg itu disebutkan, menghitung kekayaan dinasti keluarga memang bukan ilmu pasti. Kekayaan yang didukung oleh aktivitas berdekade sampai berabad-abad telah mengaburkan sejauh mana kepemilikan keluarga tersebut.
untuk itu, ada beberapa klan yang dianggap keluarga kaya, tetapi nilainya sulit dihitung. Contohnya, keluarga Rothschilds dan Rockefellers.
Tidak Semua Keluarga Kaya Makin Kaya
Sementara itu, mempertahankan dinasti kekayaan tidak semudah mengedipkan mata. Peringkat kekayaan Keluarga Quandt pemilik BMW turun 8 level menjadi ke-16. Hal itu disebabkan BMW mengalami tahun yang cukup buruk di tengah perang dagang dan perlambatan pasar global.
Apalagi, BMW juga tengah berinvestasi menuju kendaraan listrik yang bisa menyetir sendiri.
Keluarga Quandt masih beruntung hanya turun 8 peringkat. Keluarga Dassault, Duncan, Lee, dan Hearst malah keluar dari 25 daftar keluarga terkaya di dunia.
Direktur Penelitian di Campden Wealth Rebecca Gooch mengatakan, memang sangat sulit mempertahankan kekayaan dalam jangka panjang. Apalagi bisnis keluarga bisa saja anjlok karena masa emasnya sudah habis.
"Penurunan nilai kekayaan keluarga konglomerat bisa terjadi karena tidak melakukan diversifikasi dengan baik atau ada masalah dalam masa transisi generasi," ujarnya.
Satu Keluarga Indonesia Masuk 25 Besar Dunia
Dalam laporan Bloomberg, ada satu orang terkaya di Indonesia yang masuk daftar 25 keluarga terkaya di dunia. Dia adalah keluarga Hartono yang memiliki Grup Djarum.
Keluarga Hartono asal Indonesia ini menjadi pendatang baru sebagai 25 keluarga terkaya di dunia. Kekayaan klan Hartono ditaksir sekitar US$32,5 miliar.
Perusahaan Hartono yang disoroti oleh Bloomberg dari pemilik Grup Djarum itu adalah PT Bank Central Asia Tbk. Saat ini, mereka sudah mencapai generasi ketiga setelah Armand Wahyudi Hartono menduduki posisi Wakil Presiden Direktur di emiten bank berkode BBCA tersebut.