Bisnis.com, JAKARTA – Ojek online sudah menjadi alternatif andalan transportasi di Jakarta maupun kota-kota di Indonesia lainnya. Hal itu tampak dari geliat aplikasi ojek online yang bermunculan.
Selain Gojek dan Grab, nama Bonceng sempat mencuat setelah melakukan aksi konvoi para driver saat hari sumpah pemuda. Selain itu, Anterin juga muncul sebagai pesaing dekakorn Indonesia dan Malaysia itu setelah kehadirannya disambangi oleh Sandiaga Uno, pengusaha dan juga sempat menjadi Wakil Gubernur Jakarta serta calon wakil presiden pilpres 2019.
Untuk itu, awak Bisnis.com pun membuat percobaan untuk melakukan perjalanan dengan ojek online selain Gojek dan Grab. Beberapa aplikasi ojek online alternatif yang akan digunakan, yakni Anterin, Oke Jack, Bonceng, Shejek, Cyberjek, Gaspol, Bitcar, dan Maxim.
Dari ke-8 aplikasi itu, hanya 5 aplikasi yang mampu melewati tahap pendaftaran akun, sedangkan 3 akun lagi ada beberapa kesulitan dalam pendaftaran akun. Ketiga aplikasi yang gagal daftar itu antara lain, Cyberjek, Gaspol, dan Bitcar.
Untuk Bitcar, tim Bisnis.com kesulitan untuk masuk via akun Facebook dan Gmail yang sudah tersedia, sedangkan untuk daftar manual harus memberikan informasi nomor ktp dan sebagainya.
Nah, sampai pada hari H, Rabu , 6 November 2019, tim Bisnis.com berusaha menggunakan 5 aplikasi ojek online yang terpilih, yakni Anterin, Oke Jack, Bonceng, Shejek, dan Maxim. Tim Bisnis.com coba menjajal untuk perjalanan dari Wisma Bisnis Indonesia di Jalan KH. Mas Mansyur Nomor 12A, Jakarta Pusat ke Pasar Santa di Jakarta Selatan yang memiliki jarak sekitar 7,3 km.
Hasilnya, hanya 1 dari 5 aplikasi yang berhasil hingga mendapatkan driver. Satu-satunya aplikasi ojek online itu adalah Anterin, sedangkan keempat aplikasi lainnya memiliki permasalahan yang berbeda sehingga tidak bisa mendapatkan driver.
Tim Bisnis.com menjajal aplikasi ojek online selain Gojek dan Grab pada Rabu (6/11/2019). / Oliv Grenisia
Pertama, Oke Jack, aplikasi Ojek Online asal Malang itu bisa mendapatkan driver dengan cepat. Sayangnya, posisi driver terlalu jauh, yakni di Cililitan, Jakarta Timur. Lalu, driver itu tampaknya menjadi satu-satunya mitra Oke Jack yang aktif saat itu.
Tim Bisnis.com pun kesulitan mengontak driver itu sehingga tidak bisa mengonfirmasi untuk kesediannya mengantar. Akhirnya, ditunggu cukup lama, sang driver sendiri yang membatalkan pesanan.
Kedua, Bonceng yang sempat heboh pada hari sumpah pemuda juga sulit mendapatkan driver. Hasil pencarian driver gagal karena lokasi mitra Bonceng dinilai terlalu jauh dari titik pertemuan.
Ketiga, Shejek juga tidak mendapatkan respons dari driver. Padahal, ada mitra Shejek yang tidak jauh dari lokasi jika melihat di peta digital aplikasinya.
Keempat, Maxim mengalami kegagalan dalam memesan ojek online, tetapi tim Bisnis.com mencoba untuk mencari mitra Maxim mobil dengan tawaran harga tertinggi [maksimal Rp15.000 dari harga awal]. Hasilnya, kami dua kali dapat, tetapi dua kali juga dibatalkan sepihak oleh driver.
Driver Maxim pertama berada di sekitar Jalan Sudirman. Sang Driver sempat bertanya mau tunggu atau tidak, setelah diiyakan akan menunggu, mitra Maxim itu malah membatalkan pesanan. Hal serupa terjadi juga pada pesanan kedua, sang driver yang berada di Tomang, Jakarta Barat, bertanya mau nunggu apa tidak. Setelah diiyakan, mitra Maxim itu membatalkan secara sepihak.
Pengalaman Naik Anterin
Berbeda dengan Gojek dan Grab, skema pencarian driver Anterin menggunakan lelang. Jadi, saat mencari driver, sistem Anterin akan menampilkan beberapa driver di sekitar lokasi yang dapat dipilih. Nah, saat lelang, Anterin akan menampilkan jarak dengan driver, harga, dan rating mitranya tersebut.
Saat mencoba Anterin, tim Bisnis.com memilih driver dengan harga termurah, yakni Rp13.200. Posisi driver pun bisa dibilang tidak terlalu dekat, yakni di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Meskipun begitu, driver menyetujui ingin menjemput dan meminta untuk ditunggu.
Awak Bisnis.com menjajal Anterin untuk menuju Pasar Santa dari Wisma Bisnis Indonesia. Dari 5 aplikasi yang dicoba, hanya Anterin yang bisa sampai tahap penjemputan hingga sampai tujuan. / Oliv Grenisia
Sekitar 20-25 menit, sang driver yang enggan disebutkan namanya itu sampai di tempat pertemuan. Salah satu awak Bisnis.com pun langsung berangkat menuju Pasar Santa dengan driver Anterin tersebut.
Sepanjang perjalanan, sang driver bercerita mulai bergabung dengan Anterin sejak September 2019. Jadi driver ojek online ini adalah pengalaman pertamanya karena sebelumnya dia adalah seorang pekerja.
“Sebenarnya, saya menjadi driver juga sambil pekerjaan lain. Kalau sudah dapat kerjaan rencananya mau berhenti narik,” ujarnya.
Dia pun menceritakan awal tertarik bergabung dengan Anterin karena melihat iklannya di Google. Selain itu, ketertarikan lainnya adalah Anterin diklaim tidak mempersulit saat pendaftaran ketimbang dua kompetitor raksasanya.
“Proses pendaftaran driver cukup mudah, kami bisa melakukannya secara online dan cukup mengisi data diri dan unggah berkas foto dokumen yang dibutuhkan,” ujarnya.
Nah, sistem pendapatan Anterin adalah 100% diambil oleh drivernya atau tidak menggunakan bagi hasil.
Dia menjelaskan para driver wajib isi paket langganan Rp70.000 untuk masa aktif 14 hari atau Rp140.000 untuk masa aktif 30 hari. Jadi, jika sudah habis masa aktifnya, mitra Anterin harus isi ulang paketnya tersebut.
“Selain itu, ada biaya helm dan jaket, tetapi itu tidak wajib sih. Jadinya, bebas aja, dan kebanyakan kayaknya enggak nebus itu deh,” ujarnya yang hadir dengan jaket berwarna biru tanpa tulisan Anterin.
Masalah tarif, Anterin disebut memberikan kebebasan dalam menentukan tarif per kilometernya, sedangkan penumpang juga bebas memilih harga, jenis kendaraan, hingga jenis kelaminnya.
Sistem itu bukan hal yang baru di dunia Ojek Online. Jauh sebelum kehadiran Anterin, Uber Motor yang sempat eksis di Indonesia juga sempat menggunakan sistem serupa.
“Mungkin dibuat serupa biar bisa jadi penggantinya Uber,” ujarnya.
Kisah Driver dan Para Penumpang Anterin
Aplikasi ojek online besutan Imron Hamzah itu menjadi tempat pelarian kekecewaan penumpang serta harapan baru Ojek Online.
Sang driver Anterin melanjutkan ceritanya kalau rata-rata penumpangnya adalah hasil kekecewaan dari pengguna Gojek atau Grab.
“Rata-rata penumpang bercerita kalau mereka susah sekali mendapatkan Gojek dan Grab karena rumahnya jauh. Sering dapat driver, tetapi selalu dibatalkan,” ceritanya.
Selain itu, rata-rata penumpang Anterin adalah ibu-ibu, terutama yang menjadi penggemar Sandiaga Uno. Memang, Anterin kerap dikaitkan dengan pemilik PT Saratoga Investama Tbk. itu, meskipun belum jelas statusnya sebagai investor atau salah satu pendiri.
Sementara itu, rata-rata driver Anterin justru lebih tertarik mengantar dengan rute jauh karena pendapatan yang didapatkan juga lebih besar.
“Saya sendiri pernah mengalami antar penumpang dari Pasar Minggu-Kelapa Gading, Senayan-Pamulang, sampai ada yang ke Bogor juga pernah,” ceritanya.
Dengan rata-rata rute jarak jauh, driver Anterin bisa mengantar hingga 10 orang per hari.
Di sisi lain, Anterin belum memberikan bonus yang diberikan kepada driver. Namun, driver yang mengantar awak Bisnis.com itu justru tidak mempermasalahkan terkait tidak adanya bonus.
“Ngapain ngejar setoran?positifnya enggak ada bonus adalah kita harus jaga kesehatan sehingga enggak perlu kejar setoran,” ujarnya.
Di luar itu, aplikasi Anterin masih jauh dari sempurna. Salah satu yang sering dikeluhkan adalah rute peta digital yang kerap berantakan.
Anterin memang tidak menggunakan Google Maps seperti aplikasi ojek online lainnya. Aplikasi besutan Imron Hamzah itu menggunakan peta digital Here Wego milik Nokia.
Driver Anterin itu pun berharap agar aplikasi Ojek Onlinenya segera meningkatkan kualitasnya.
“Beberapa penumpang suka kecewa karena aplikasi tidak bisa dipakai seharian. Ada trouble, server down, ya kayaknya belum pakai yang tercanggih sih,” ujarnya.