Bisnis.com, JAKARTA - Hanson International goyah setelah disentil Otoritas Jasa Keuangan terkait penghimpunan dana yang dianggap ilegal. Selaras dengan kejadian itu, Benny Tjokrosaputro pun kembali menjadi Direktur Utama perseroan mulai November 2019. Apakah emiten berkode MYRX itu akan bangkit kembali?
Sampai penutupan perdagangan Selasa (19/11/2019), harga saham MYRX sudah anjlok sebesar 57,15% menjadi Rp50 per saham. Penurunan drastis harga saham Hanson sejak awal bulan ini ketika isu penghimpunan dana ini mencuat.
Bentjok [Benny Tjokrosaputro] yang mengundurkan diri dari posisi komisaris utama pada Oktober 2019 kembali menjadi Direktur Utama pada November 2019.
Dari catatan Bisnis.com, Bentjok mengaku terpilih kembali menjadi Direktur Utama dengan tujuan untuk menyehatkan kembali Hanson.
"Caranya, saya akan perbaiki dari segi penjualan," ujarnya.
Kisah kelam Hanson dimulai sejak akhir 2019 setelah OJK menyentil Hanson terkait aktivitas penghimpunan dana tersebut. Hasilnya, Hanson mengumumkan tidak akan melakukan penghimpunan dana lagi dan akan mengembalikan uang para kreditur individual sesuai dengan perjanjian.
Dikutip dari keterbukaan informasi awal November 2019, Hanson mengklarifikasi kalau aktivitas penghimpunan dananya itu tercatat di laporan keuangan sebagai pinjaman individual jangka pendek. Lalu, sepanjang tiga tahun berjalan, aktivitas itu belum pernah sekalipun mengalami gagal bayar. Dana itu digunakan sebagai modal untuk pembebasan dan pematangan lahan.
Sampai 25 Oktober 2019, Hanson mencatatkan pinjaman individual jangka pendek senilai Rp2,53 triliun dengan total jumlah kreditur 1.197 pihak.
Menurut laporan keuangan Hanson pada kuartal III/2019, pinjaman individual itu bisa dikembalikan dengan uang tunai atau berbentuk produk properti yang dimiliki Hanson.
Selain itu, Hanson juga akan membayar pinjaman individual lewat penjualan di proyek Citra Majaraya, Forest Hill, dan Pacific Millenium City. Lalu, Hanson juga memiliki lahan kosong siap jual untuk memenuhi kebutuhan pembayaran.
Bunga Pinjaman Individual Lebih Rendah dari Perbankan
Menariknya, strategi pinjaman individual Hanson ini seperti mencari dana segar dengan biaya termurah. Hal itu bisa dilihat dari perbandingan bunga pinjaman jangka pendek individu dengan perbankan perseoran.
Pinjaman individu Hanson menawarkan bunga atau imbal hasil kepada krediturnya sekitar 9% sampai 12% dengan tenor 3 bulan sampai 12 bulan. Lalu, pinjaman itu pun tanpa jaminan.
Nah, bunga dari pinjaman individu itu bisa dibilang lebih rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman jangka pendek bank. Rata-rata bunga pinjaman jangka pendek bank perseroan yang tercatat pada laporan keuangan kuartal III/2019 berkisar antara 10,5% sampai 15%.
Itu pun belum termasuk biaya provisi yang bisa 0,5% per tahun sampai 1%. Belum lagi, pinjaman bank membutuhkan jaminan yang tidak sedikit.
Kemudahan pinjaman individual jangka pendek Hanson terlihat dari segi nominal yang jauh lebih banyak ketimbang bank. Hanson mencatatkan pinjaman individual senilai Rp2,5 triliun, sedangkan pinjaman jangka pendek bank hanya sekitar Rp504,31 miliar.
Sayangnya, aksi pinjaman individual itu dinilai sebagai penghimpunan dana ilegal yang mengarah kepada investasi bodong. Alasannya, Hanson bukanlah lembaga keuangan atau bank yang bisa melakukan aktivitas tersebut.
Hanson adalah perusahaan sektor properti yang kini memiliki tiga proyek utama di Citra Maja Raya, Forest Hill, dan Millennium City. Nah, kira-kira bagaimana strategi Bentjok sebagai nahkoda Hanson untuk menyelesaikan pinjaman jangka pendek individu itu ya?