Bisnis.com, JAKARTA – Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kembali mencuat namanya setelah diisukan akan menjadi petinggi di salah satu Badan Usaha Milik Negara. Banyak warganet yang meremehkan sosok Ahok, sapaannya, untuk menjadi petinggi perusahaan pelat merah, tetapi bagaimana perjalanan karirnya sebelum terjun ke politik?
Ahok diisukan akan berlabuh ke PT Pertamina (Persero) meskipun belum ada pihak yang secara terbuka mengiyakannya.
Dalam catatan Bisnis.com, Ahok sempat menyebut beberapa BUMN yang dibahas bersama Erick ketika dipanggil ke Kementerian BUMN.
“Iya, tadi nyinggung PTP, Sarinah, dan Krakatau Steel,” ujarnya.
Entah berhubungan atau tidak, Ahok lewat kuasa hukumnya sempat mengutarakan ingin bisnis di bidang perminyakan setelah lepas dari tahanan. Jika dia resmi menjadi jajaran manajemen Pertamina, artinya mimpi itu pun terealisasi.
Namun, seberapa layakkah Ahok menjadi direksi atau komisaris di BUMN?
Insting Bisnis Ahok
Sebelum namanya melejit saat menyalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, Ahok mencatatkan beberapa pengalaman di dunia bisnis, terutama pertambangan timah dan pasir.
Lulus dengan gelar Insinyur Geologi Universitas Trisakti, Ahok menjajal pertambangan timah dengan mendirikan CV Panda. Perusahaan itu pun sempat menjadi kontraktor PT Timah.
Di tengah bisnisnya itu, Ahok melanjutkan studi S2 bidang manajemen keuangan di Sekolah tinggi Manajemen Prasetya Mulya. Setelah meraih gelar di bidang manajemen, Ahok lanjut bekerja di PT Simaxindo Primadaya, perusahaan yang bergerak di sektor kontraktor pembangunan listrik. Kala itu, Ahok menjabat sebagai sebagai staff direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.
Kemudian, Ahok pun memilih berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya pada 1995 karena ingin fokus menggarap bisnisnya. Dia lantas mendirikan pabrik Gravel Pack Sand (GPS) di bawah naungan PT Nurindra Ekapersada yang namanya sudah muncul pada 1992.
Pendirian pabrik pengolahan pasir kuarsa yang dibangun di Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur, justru seakan menjadi titik balik Ahok terjun ke dunia politik. Hal itu dikisahkan Ahok kepada jajaran Pemprov DKI Jakarta pada 2016 silam.
"Saya pun dulu sebelum jadi pejabat, saya muak dengan yang namanya oknum pejabat. Saya betul-betul muak dengan kemunafikan, memeras, menekan, saya betul-betul muak," kata Ahok. Luapan kekesalan itu merupakan buah dari oknum Kementerian Kehutanan yang menerbitkan sertifikat hutan lindung di lahan tambang miliknya sehingga pabriknya ditutup pemerintah.
Jejak Politik Ahok
Ahok memang lebih terkenal sebagai politikus dan menjabat kepala daerah. Dia mulai memasuki dunia politik pada 2004. Kala itu dia terpilih sebagai anggota DPRD Belitung Timur dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). Setahun menjabat, Ahok menyalonkan diri jadi Bupati Belitung Timur pada 2005.
Didukung partai PPIB dan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK), Ahok menang dan menjadi Bupati di kampungnya tersebut. Hanya setahun menjadi Bupati, Ahok kembali lepas jabatannya untuk maju menjadi Gubernur Bangka Belitung.
Sayang untung tak dapat diraih dua kali, Ahok gagal melaju menjadi gubernur di Bangka Belitung pada 2007.
Puasa dua tahun di dunia politik, Ahok ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi terbesar pemilu 2009. Saat itu, dia mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI dari partai Golkar.
Tiga tahun menjadi wakil rakyat negeri ini, Ahok maju di pilkada DKI Jakarta bersama Joko Widodo dengan partai pengusung Gerindra dan PDIP. Hasilnya, Jokowi dan Ahok memenangkan pilkada, bahkan Ahok sempat merasakan empuknya kursi gubernur ibu kota setelah Jokowi melenggang ke istana negara.
Sayangnya, Ahok harus menutup karirnya di kursi gubernur DKI Jakarta dengan nada tidak enak. Dugaan penistaan agama membuat dia harus masuk hotel prodeo.
Setelah melihat rekam jejaknya, apakah Ahok layak diberikan peran pada salah satu perusahaan pelat merah?