Bisnis.com, JAKARTA - Pada akhir 2019, dana kelolaan industri reksa dana nasional tercatat sebesar Rp542,19 triliun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, nilai aktiva bersih reksa dana di Tanah Air sempat menyentuh level Rp553,26 triliun per Oktober 2019. Namun, berangsur-angsur turun pada November-Desember.
Kendati demikian, nilai aktiva bersih total reksa dana pada 2019 tumbuh 6,92% secara tahunan dari posisi Rp507,09 triliun per 2018.
Di sisi lain, total unit penyertaannya tercatat sebanyak 424,79 miliar per Desember 2019, naik 13,62% dari 373,85 miliar per akhir 2018.
Pada 2019, pertumbuhan industri reksa dana dipengaruhi oleh volatilitas pasar modal dan sejumlah kasus yang melilit manajer investasi.
Seperti diketahui, pada 2019, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 6.299,54. IHSG mencetak return 1,7% dari penutupan akhir 2018 di level 6.194,49.
Di sisi lain, pasar obligasi bergairah seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 100 basis poin ke levevl 5%. Sejalan dengan itu, yield SUN tenor 10 tahun melandai dari level 8,02% pada akhir 2018 menjadi 7,1%.
Saat investasi reksa dana sedang digaungkan oleh para pelaku industri, OJK mengungkap tiga kasus pelanggaran regulasi pasar modal yang melibatkan empat perusahaan manajer investasi. Mereka ialah Narada Asset Manajemen, Pratama Capital Asset Management, MNC Asset Mangement, dan Minna Padi Aset Manajemen.
Kasus itu sedikit banyak mencoreng kredibilitas dan kepercayaan investor terhadap industri reksa dana di Tanah Air.
Di tengah gejolak tersebut, ada 10 MI yang menggenggam nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana terbesar pada 2019 dan menjadi penguasa pasar. Berikut lima MI yang menempati posisi teratas berdasarkan data dalam website reksa dana OJK yang diolah Bisnis.
Pertama, Batavia Prosperindo Aset Manajemen yang mengelola Rp47,16 triliun dengan 142 produk.
Kedua, Mandiri Manajemen Investasi yang tercatat mengelola Rp44,98 triliun dari 176 produk.
Ketiga, Bahana TCW Investment Management dengan dana kelolaan sebesar Rp40,96 triliun dari 130 produk yang tercatat.
Keempat, Schroders Investment Management Indonesia dengan AUM sebesar Rp40,72 triliun dari 32 produk.
Kelima, Manulife Aset Manajemen Indonesia dengan dana kelolaan sebesar Rp29,7 triliun dan 31 produk.
Mampukah NAB reksa dana tumbuh lebih tinggi pada 2020?