Bisnis.com, JAKARTA — Meski virus corona belum terdeteksi di Indonesia, tapi penyebarannya terjadi di negara-negara yang cukup banyak menjadi tujuan pekerja migran Indonesia.
Mengacu ke data WHO, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, dan otoritas kesehatan China yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University, negara yang paling banyak mencatatkan kasus infeksi virus corona adalah China. Selanjutnya, Singapura, Hong Kong, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, dan Taiwan.
Badan Perlindungan Pekerja Indonesia (BP2MI) mencatat lima besar negara penempatan TKI sepanjang 2014-2018, adalah Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Arab Saudi.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) pun berencana memperketat pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, setelah ditemukannya kasus infeksi virus corona di sejumlah negara.
“Kami terus monitor kondisi negara tersebut. Kalau memang itu menjadi bahaya udah menyebar kemana-mana, bisa jadi menjadi dasar kami untuk mempertimbangkan apakah perlu pemberhentian sementara atau pengetatan. Kayak contohnya yang di Taiwan dan Hong Kong, kami sudah lakukan pengetatan,” papar Direktur Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN) Kemenaker Eva Trisiana saat dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.
Dengan adanya penyebaran wabah virus corona di sejumlah negara, dia meyakini permintaan pekerja migran Indonesia juga akan berkurang sehingga penempatan pun diperkirakan bakal berkurang.
Tak hanya itu, penyebaran virus corona juga berpeluang memangkas penerimaan remitansi karena jumlah penempatan TKI di luar negeri bakal berkurang. Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III/2019 dari Bank Indonesia (BI), penerimaan transfer personal dari TKI senilai US$2,9 miliar.
Adapun berdasarkan negara asal domisili, penerimaan remitansi TKI tertinggi berasal dari kawasan Asia, terutama Taiwan dan Hong Kong.
BI mencatat jumlah TKI yang bekerja di luar negeri sampai kuartal III/2019, sebesar 3,7 juta orang atau tidak banyak berubah dari kuartal sebelumnya. Data dari BP2MI menunjukkan sekitar 71 persen dari jumlah tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik, sedangkan 28,9 persen lainnya bekerja di wilayah Timur Tengah dan Afrika.