Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Rendah, Mendingan Cari Aman atau Cari Cuan Ya?

Momen terendah di pasar saham telah berlalu dan suku bunga rendah menjadi dua hal penting untuk menetapkan strategi investasi jelang paruh kedua 2020

Bisnis.com, JAKARTA— Dalam kurun waktu kurang lebih enam bulan di 2020, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan tiga kali. Di momen suku bunga rendah, lebih baik untuk mencari aman atau mencari cuan ya?

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan untuk memanfaatkan momentum suku bunga rendah, dia menyarankan agar investor menjatuhkan pilihan pada aset berbasis surat utang. Dia menuturkan aset dasar berupa obligasi negara dengan tenor panjang akan memberikan imbal hasil optimal.

“Obligasi negara jangka panjang paling optimal [imbal hasilnya]. Dapat juga berupa reksa dana berbasis obligasi negara di mana ada insentif pajak,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (19/6/2020).

Dia menyebut instrumen buatan pemerintah itu tak memiliki risiko. Pasalnya, tak mungkin pemerintah mengalami gagal bayar atau default. Selain itu, bisa diandalkan bagi investor yang berharap kupon secara rutin.

“Untuk saat ini obligasi negara dipandang sangat aman, memiliki pendapatan kupon secara periodik dan berpotensi capital gain,” katanya.

Sementara itu, investor yang berasal dari kalangan manajer investasi mulai kembali melirik saham. Alasannya, optimisme mendorong minat untuk membeli saham yang lebih berisiko.

“Strategi itu diambil lantaran mereka melihat bahwa pasar saham sudah melewati fase terendahnya. Namun, perlu kehati-hatian ekstra dalam memilih saham mengingat volatilitas masih tinggi,” katanya.

Head of Wealth Management&Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan jika dibanding stabilitas dan ketahanan ekonomi Indonesia saat ini dengan kondisi pada saat krisis sebelumnya, bisa dibilang kondisi saat ini jauh lebih baik. 

“Sebagai contoh inflasi saat ini yang stabil dan terjaga rendah di kisaran 3 persen, sedangkan pada 2008 tercatat 12 persen dan pada 1998 menyentuh 82 persen,” ujarnya belum lama ini.

Selain itu, cadangan devisa saat ini jauh lebih besar sehingga dapat dijadikan amunisi untuk menjaga stabilitas rupiah serta menahan laju pelemahan rupiah. Cadangan devisa Indonesia hingga akhir Mei berada pada level US$130,5 miliar.

Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Kondisi fundamental Indonesia yang cukup baik ini, lanjut Ivan, dapat membuat para investor asing kembali melirik Indonesia sebagai salah satu negara emerging market yang menjadi tujuan investasi. 

Pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya yakni di sekitar 5,16 persen. Di sisi lain, pasar saham akan mendapatkan angin segar sejak mulai dibukanya kembali ekonomi di berbagai negara setelah karantina wilayah. 

“Hal tersebut menandakan akan dimulainya pemulihan ekonomi dan bisa dijadikan momentum untuk berinvestasi jangka panjang,” jelas Ivan.

Meskipun demikian, dia memperkirakan volatilitas masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan jika pandemi virus corona masih belum usai. Maka menurutnya, yang terpenting dilakukan investor di masa apapun terutama yang baik dilakukan dengan kondisi saat ini adalah diversifikasi aset.

“Jadi porsi alokasi aset portofolionya harus disesuaikan, sementara mengurangi di saham dan mengalihkan ke obligasi. Sisanya ke pasar uang untuk sokongan kas,” tutur dia.

Untuk investor dengan profil risiko balanced, Ivan menyarankan 25 persen reksa dana saham, 40 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi, 35 persen reksa dana pasar uang. 

Sementara untuk investor dengan profil risiko agresif idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60 persen reksa dana saham, 25 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi dan 15 persen reksa dana pasar uang.

“Untuk reksa dana pilih produk-porduk yang terpercaya. Jangan lupa agar tetap aman investasi dari rumah saja melalui digital yaitu bisa dari internet atau mobile banking,” tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper