Bisnis.com, JAKARTA — Angka kematian orang lanjut usia (lansia) atau orang berusia di atas 60 tahun akibat Covid-19 mencapai angka 50 persen dan bila dibandingkan dengan angka kematian rata-rata nasional, kematian lansia tercatat 4 kali lebih tinggi.
Selain itu, bila di rumah sakit, kematian atau fatalitas usia di atas 60 tahun sekitar 2 kali lebih tinggi dibandingkan bukan lansia, yakni 32 persen berbanding 14 persen (non-lansia).
Karena itu, Siti Nadia Tirmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, yang juga juru bicara Vaksinasi Covid-19 untuk Kementerian Kesehatan, menegaskan bahwa lansia menjadi prioritas vaksinasi yang tengah dilakukan pemerintah.
"Lansia menjadi prioritas kita dan terus kita ingatkan bahwa kalau bisa melindungi lansia diharapkan mampu menekan laju penularan, menekan angka kematian. Saat ini sudah banyak negara yang terjadi peningkatan COVID-19 yang menjadi pembelajaran untuk kita. Setiap kali ada cuti bersama, libur bersama, terjadi lonjakan kasus," ujar Nadia dilansir dari Antara, Sabtu (24/4/2021).
Sebuah studi di Denmark menunjukkan bahwa mereka yang berusia di bawah 65 tahun, yang menderita Covid-19, sekitar 80% terlindungi dari penyakit itu. Perlindungan kemudian turun menjadi 47% untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
Peneliti mengatakan perlindungan alami tidak dapat diandalkan, terutama bagi lansia, yang paling berisiko terkena penyakit parah.
“Temuan kami memperjelas betapa pentingnya menerapkan kebijakan untuk melindungi orang tua selama pandemi, bahkan jika mereka telah terjangkit Covid-19, kata Steen Ethelberg, peneliti senior dari Statens Serum Institut di Kopenhagen, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Bloomberg.
Adapun, pemerintah terus mengupayakan peningkatan progres vaksinasi Covid-19 untuk kelompok masyarakat lansia, salah satunya dengan jemput bola.
Apalagi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyebut vaksinasi lansia cakupannya masih sangat rendah jika dibandingkan vaksinasi bagi tenaga pelayanan publik. Untuk itu, melalui sistem jemput bola ini, pihaknya optimistis bisa membantu menggerakkan lansia untuk mau divaksinasi Covid-19.
Berdasarkan data per 14 April 2021, dari target penyuntikan kepada 21.553.118 lansia, baru mencapai 9,81 persen untuk dosis pertama atau tepatnya kepada 2.113.685 orang. Sementara itu, untuk dosis kedua baru 3,42 persen atau 737.987 orang.
Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, pemberian vaksin untuk lansia masih menghadapi sejumlah kendala, di antaranya masih banyak kabupaten kota, tepatnya 36 kabupaten/kota yang belum memulai vaksinasi lansia.
“Banyak kabupaten/kota dengan pasokan vaksin yang ada masih memprioritaskan pelayanan publik terlebih dulu,” ungkapnya.
Dari sisi lansia sendiri, kata Nadia, ada beberapa kendala yang dihadapi. Pertama, lansia masih merasa takut karena kurangnya sosialisasi atau informasi bahwa sekarang lansia dapat prioritas untuk dapat vaksin.
“Meskipun sudah diberitahukan, kalau nanti di sentra vaksin akan tetap patuh protokol kesehatan, masih ada keraguan bagi orang di atas 60 tahun, karena kita tahu di awal risiko kerentanan lansia tinggi, sehingga mereka harus mengurangi aktivitas di luar rumah,” kata Nadia.
Kemudian, ada kemungkinan lansia mempunyai keterbatasan fisik untuk datang ke tempat vaksinasi, sehingga harus ditemani anak atau keluarga. “Sementara, jadwal yang sudah tersedia tidak pas dengan yang menemani atau, lansia hidupnya sudah terpisah dari keluarga, atau ada keterbatasan finansial, sehingga mereka tidak bisa datang ke sentra vaksinasi, ini yang membuat makin sulit,” kata Nadia.
Kemudian, untuk mendapat vaksin, lansia harus mendaftar. Karena pendaftaran dilakukan secara daring, ada kemungkinan para lansia tidak paham cara daftarnya, sehingga harus dibantu.
“Hal-hal ini yang akan kita coba buat upaya-upaya untuk membantu lansia dalam mengakses pusat vaksinasi yang ada,” imbuh Nadia.