Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dan Vietnam diperkirakan akan menjadi titik terang pasokan kopi global untuk musim panen 20025-2026. Hal itu di tengah prospek merosotnya hasil panen dan volume ekspor di penghasil utama Brasil.
Biji kopi berjangka di bursa ICE telah melonjak hingga 70% sejak November 2024. Kenaikan harga juga terjadi pada varietas robusta, meski tak setinggi arabika.
Hedgepoint Global Markets dalam laporan terbarunya menjabarkan panen di dua negara produsen kopi terbesar kedua dan ketiga dunia itu, didukung oleh curah hujan yang meningkat. Firma manajemen risiko itu memproyeksikan Indonesia akan memproduksi 11,6 juta karung kopi ukuran 60 kg selama musim 2025-2026.
Namun, stok awal diperkirakan menipis dari 3,6 juta karung pada musim sebelumnya menjdi 2,8 juta karung. Sedangkan ekspor diproyeksi turun dri 7,9 juta karung menjadi 7,6 juta karung.
Sementara itu, Vietnam diperkirakan menghasilkan 27,9 juta karung kopi musim ini, naik 2,6% dari sebelumnya 27,2 juta karung.
Stok awal diproyeksi juga turun dari 1,6 juta karung menjadi 0,7 juta karung saja. Adapun, ekspor diperkirakan meningkat dari 26,9 juta karung menjadi 27,4 juta karung.
Sementara itu untuk kondisi ekspor, sejak Oktober, pengiriman kopi Vietnam telah meningkat karena ketersediaan yang lebih besar saat panen musim 2024-2025 hampir berakhir.
Di sisi lain, ekspor dari Indonesia telah melampaui periode yang sama pada 2023-2024, didorong oleh pemulihan produksi dan harga yang lebih tinggi.
Sementara itu, sebuah jajak pendapat baru-baru ini memperkirakan bahwa harga kopi arabika dapat turun 30% pada akhir tahun ini, karena harga yang tinggi menekan permintaan dan tanda-tanda awal menunjukkan panen Brasil yang melimpah tahun depan.