Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Investasi sebagai Pemberi Pinjaman Online

Prospek industri P2P Lending masih cerah, calon pemberi pinjaman dari individu bisa meningkat seiring literasi yang semakin gencar. Bagaimana peluang dan risiko investasi di P2P Lending?

Bisnis.com, JAKARTA – Industri pinjam meminjam uang berbasis teknologi atau peer to peer lending masih akan berlanjut pada tahun ini. Literasi produk teknologi finansial yang makin tinggi menjadi salah satu pendorongnya.

Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) Kuseryansyah mengatakan,  pertumbuhan jumlah pemberi pinjaman atau lender di industri peer to peer (P2P) lending akan terus meningkat dari sisi individu maupun institusi.

Nantinya, pemberi pinjaman dari individu akan tumbuh lebih besar. Soalnya, pemahaman masyarakat tentang investasi P2P lending terus meningkat.

“Jumlah rekening pemberi pinjaman akan meningkat minimal dua kali lipat,” ujarnya.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, jumlah rekening pemberi pinjaman P2P lending pada 2018 naik dua kali lipat mencapai 207.507 rekening dibandingkan 100.940 rekening pada 2017.

Jumlah pinjaman yang disalurkan juga melejit 784,03% menjadi Rp22,67 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah itu diprediksi bisa tembus Rp40 triliun pada tahun ini.

Alasan Jumlah Pemberi Pinjaman di P2P Lending Bakal Melonjak

Ada beberapa alasan masyarakat semakin tertarik investasi ke P2P lending.

Pertama, investasi di P2P lending lebih fleksibel dibandingkan dengan instrumen lainnya. Konsumen bisa memilih kelompok atau individu yang akan diberikan pinjaman.

Kedua, pemberi pinjaman bisa mulai berinvestasi dari nominal yang terjangkau sehingga bisa menyentuh seluruh kelompok masyarakat, terutama milenial.

Ketiga, perusahaan tekfin memiliki teknologi alternative scoring. Jadi, perusahaan termasuk lembaga keuangan konvensional dapat menjadikan P2P lending sebagai alternatif investasi. Hal itu yang mendongkrak jumlah pemberi pinjaman dari kalangan institusi.

Risiko Kredit Macet

Meskipun begitu, investasi di P2P lending bukan tanpa risiko. Salah satu risiko investasi melalui perusahaan tekfin itu adalah pinjaman bermasalah sampai macet alias nonperforming loan (NPL).

Saat ini, beberapa tekfin P2P lending mencatat posisi NPL di level 0% - 0,5%.

Mekar.id mencatat NPL 0,5% dengan tingkat pembagian imbal hasil mencapai 100%. Perusahaan tekfin itu bisa mencatat pengembalian 100% karena loan principal dijamin oleh mitra peminjam.

Akseleran juga mencatat NPL di level 0,5%. Perusahaan tekfin P2P lending itu menawarkan imbal hasil sekitar 18% sampai 21%.

Lalu, Danamas justru mengklaim NPLnya masih 0%. Sejak 2017, total pinjaman yang sudah disalurkan senilai Rp1,44 triliun.

Pada tahun ini, P2P lending milik Sinarmas itu menargetkan bisa salurkan pembiayaan hingga Rp2,3 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Surya Rianto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper