Bisnis.com, JAKARTA -- PT Indika Energy Tbk. sudah berencana melebarkan sayap bisnis ke sektor pertambangan emas dan terminal penyimpanan BBM atau logistic fuel storage sejak akhir 2018. Emiten berkode INDY itu sudah melakukan akuisisi dan kerja sama untuk mengejar rencananya tersebut.
Ekspansi emas dilakukan perseroan lewat anak usahanya, PT Indika Mineral Investindo. Anak usahanya itu berencana akuisisi 19,9% saham Nusantara Resources Ltd.
Nusantara Resources adalah perusahaan yang terdaftar di bursa Australia atau Australian Stock Exchange dengan kode emiten NUS.
NUS memiliki proyek Awak Mas di Sulawesi Selatan. Proyek itu diperkirakan memiliki cadangan bijih emas sebesar 1,1 juta ounce dan sumber daya sebesar 2 juta ounce.
Proyek itu disebut berbiaya rendah dan memiliki umur tambang yang panjang, serta masih ada potensi eksplorasi yang bisa digali.
Sementara itu, bisnis fuel storage perseroan bakal mulai jalan pada tahun ini. Proses awal, perseroan bakal membangun fisik fuel storage pada kuartal II/2019 senilai US$108 juta atau sekitar Rp1,4 triliun.
Nantinya, fisik fuel storage itu ditargetkan rampung pada tahun depan. Lini bisnis itu bakal dikerjakan anak usaha perseroan yakni, PT Kariangau Gapura Terminal Energi.
Bisnis itu adalah lanjutan kerja sama dengan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia. Kontrak kerja sama antara Kariangau Gapura dengan ExxonMobil Lubricants antara lain, anak usaha perseroan bakal membangun, memiliki, dan mengoperasikan terminal penyimpanan, melakukan pengiriman bahan bakar, serta jasa lainnya untuk ExxonMobil di Kariangau, Kalimantan Timur.
Di sisi lain, perseroan tetap menjadikan bisnis batu bara sebagai sektor yang memacu keuangan Indika dalam jangka pendek. Apalagi, Indika juga tengah berupaya meningkatkan kapasitas produksi batu bara Kideco menjadi sebesar 34 juta - 35 juta ton per tahun.
Dari sisi kinerja keuangan, Indika diprediksi bisa mendulang pendapatan senilai US$2,82 miliar dan laba bersih US$101 juta pada 2019. Nilai itu terkoreksi tipis dari estimasi 2018 dengan pendapatan US$2,87 miliar dan laba bersih US$138 juta.