Bisnis.com, JAKARTA– Kekayaan Prajogo Pangestu kembali melambung. Kenaikan kekayaan tersebut tidak terlepas dari kendali strategisnya atas sejumlah perusahaan energi dan petrokimia raksasa di Indonesia.
Prajogo Pangestu adalah pemilik mayoritas di PT Barito Pacific, konglomerasi petrokimia terbesar di Indonesia, dengan kepemilikan mencapai 71% saham per laporan BEI Juni 2025. Saat ini, sumber kekayaan terbesarnya berasal dari PT Barito Renewables Energy (BREN), anak usaha di sektor energi hijau yang melantai di bursa pada Oktober 2023.
Prajogo tercatat menguasai 22% saham BREN melalui entitas Green Era Energy, sebuah perusahaan induk milik anak-anaknya. Meski secara teknis tidak dimiliki langsung, saham tersebut dikreditkan sebagai bagian dari kekayaan Pangestu karena perannya sebagai pendiri.
Dia juga memegang 5% saham di PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA), perusahaan petrokimia yang menjadi tulang punggung industri hilir Barito Group. Namun, setengah dari kepemilikan ini dijaminkan berdasarkan keterbukaan informasi Februari 2024.
Di luar itu, Pangestu memiliki kendali 85% atas PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), emiten tambang batu bara yang IPO pada Maret 2023. Perusahaan ini semakin relevan dalam strategi diversifikasi energi Barito Group, dari petrokimia ke energi terbarukan dan batu bara.
Penilaian atas kas dan investasi pribadi Prajogo didasarkan pada analisis menyeluruh terkait dividen, transaksi saham, kewajiban pajak, kinerja pasar, serta aktivitas filantropi. Hal inilah yang membuat kekayaannya sangat sensitif terhadap gejolak harga saham anak usahanya, terutama BREN dan CUAN.
Harta kekayaan Prajogo telah bertambah lebih dari US$20 miliar atau sekitar Rp328,13 triliun dari kekayaan bersihnya sejak mencapai titik terendah pada April, menjadikan kekayaannya mencapai US$36,2 miliar atau setara dengan Rp593,9 triliun, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Mengutip Bloomberg, lonjakan ini terutama didorong oleh keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) bulan ini untuk mencabut pembatasan pada tiga perusahaan yang terkait dengannya, termasuk PT Barito Renewables Energy, perusahaan panas bumi yang menyumbang lebih dari sepertiga kekayaannya.
Mulai Agustus, MSCI akan memasukkan mereka lagi dalam penilaian indeksnya, setelah mengecualikan mereka karena kekhawatiran tentang tingginya konsentrasi saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali.
Setelah pengumuman dari MSCI, Barito Renewables melonjak dan membuat kekayaan Prajogo Pangestu naik US$3,5 miliar atau sekitar Rp57,42 triliun, yang merupakan keuntungan terbesarnya dalam satu hari.
Sebelumnya, pada Februari Prajogo Pangestu kehilangan US$5,4 miliar, dan September lalu dia juga menderita kerugian satu hari yang lebih besar lagi sebesar US$5,9 miliar. Sejak 2023, dia banyak mengalami gejolak dalam kekayaannya yang bernilai miliaran dolar.