Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Langkah Gojek Melebarkan Sayap di Asean

Gojek baru saja mengakuisisi salah satu perusahaan teknologi finansial asal Filipina. Aksi itu kian memperlebar sayap perusahaan Nadiem Makarim di Asia Tenggara. Ini cerita selengkapnya.

Bisnis.com, JAKARTA -- Mei 2018, tepatnya pada ajang Nexticorn di Bali, untuk pertama kalinya CEO Gojek Nadiem Makarim angkat bicara di hadapan publik menyoal ambisi manajemen Gojek merambah ke pasar regional.

Nadiem, bersama dengan tiga founder perusahaan berstatus unicorn asli Indonesia lainnya yaitu William Tanuwijaya dari Tokopedia, Achmad Zaky dari Bukalapak, dan Ferry Unardi dari Traveloka, datang ke Pulau Dewata untuk memenuhi undangan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

Kehadiran mereka di acara “perjodohan” antara pemodal dan pemilik perusahaan rintisan asal Indonesia tersebut diharapkan menginspirasi para founder lain yang masih merintis bisnis teknologinya, sekaligus menambah keyakinan para investor untuk mendanai startup lokal.

Pada waktu itu, rumor tentang rencana Gojek melebarkan sayap bisnisnya ke negeri jiran begitu santer terdengar. Tim Gojek dikabarkan telah menjalin komunikasi dengan perusahaan taksi di Singapura, dan berkonsultasi dengan otoritas transportasi di Filipina.

Sebenarnya, Gojek bukan menjadi perusahaan rintisan pertama yang menjajal peruntungan di pasar mancanegara. Traveloka sudah memulainya lebih awal, dan berhasil menjadi aplikasi paling populer di Thailand. Kini, Traveloka dapat dengan mudah diakses di kawasan Asia Tenggara.

Namun, langkah yang ditempuh Gojek sangat berbeda. Model bisnis Gojek lebih rumit dan unik jika dibandingkan dengan Traveloka.

Kerumitan muncul karena bisnis Gojek melibatkan ratusan mitra di lapangan dan bersinggungan dengan regulasi yang kompleks. Lebih unik, karena Gojek lahir sebagai solusi teknologi untuk masalah yang khas Indonesia yakni kemacetan. Namun, apakah kemudian kesuksesan Gojek di Tanah Air dapat direplika di negara lain?

Pertanyaan itu dijawab oleh tim Gojek dengan merealisasikan strategi ekspansi. Nadiem menegaskan, keputusan untuk ekspansi bukan sebatas ambisi.

Langkah Gojek Melebarkan Sayap di Asean

“Kami ada untuk membuktikan teknologi dapat memajukan sebuah negara. Untuk membuktikan itu, cetak biru kami harus dapat diterapkan di negara lain lagi. Kami mau menguji ,” ujar Nadiem.

Pelan tapi pasti, Gojek mulai merealisasikan ambisinya. Go-Viet meluncur di Negeri Paman Ho dengan gegap gempita. Tidak tanggung-tanggung, Presiden Joko Widodo hadir sebagai tamu istimewa.

Di Thailand, Gojek memilih nama Get. Aplikasi ini melayani jasa transportasi dan pengiriman barang di 14 wilayah di Bangkok.

Ekspansi di Singapura juga bergulir. Di Negeri Singa, tim Gojek menggandeng Bank DBS sebagai mitra pembayaran digital.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia dan partner di Convergence Ventures Donald Wihardja menjelaskan, Gojek tidak dapat begitu saja membiarkan Grab menguasai pasarnya di Asia Tenggara.

Kondisi sekarang ini, Grab lebih mudah menghimpun dana dari investor karena mereka menguasai pasar lebih dari satu negara. Di sisi lain, Gojek hanya memiliki pasar Indonesia. Hasilnya, valuasi Grab melembung melewati Gojek.

Dana besar yang dimiliki Grab ini dapat digunakan untuk bertarung di Indonesia, dan tentunya membuat Gojek bakal kewalahan di negara sendiri

“Saya rasa apa yang dilakukan Gojek sudah pas dengan menggandeng mitra lokal. Mereka punya teman di negara lain untuk bertarung dengan Grab. Tujuannya satu, agar Grab tidak dominan di regional,” katanya.

Upaya Gojek “menjajah“ kandang Grab berlangsung lumayan mulus. Hanya sedikit kendala tentang jadwal operasi perdana. Beberapa calon pengguna di Singapura yang mencoba menggunakan aplikasi pada pagi hari gagal melakukan pemesanan. Alasan Gojek, operasi perdana baru dijadwalkan pada sore hari.

Batu sandungan baru terasa di Filipina. Pada akhirnya Gojek merasakan susahnya menjadi perusahaan asing, setelah bertahun-tahun menikmati keuntungan sebagai “anak emas” di Tanah Air.

Sandungan muncul ketika aplikasi izin usaha layanan transportasi yang diajukan anak usaha Gojek, Velox Technology Philippines Inc., ditolak oleh otoritas setempat. Alasannya, Velox adalah perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki oleh perusahaan asing.

Pada Agustus 2018, pemerintah Filipina menerapkan kebijakan bahwa 60% saham dari perusahaan penyedia aplikasi digital untuk layanan transportasi harus dimiliki oleh entitas lokal. Aturan ini berlaku pada bulan yang sama ketika Velox mengajukan izin di Manila.

Hambatan yang ditemui di Filipina signifikan karena karakter masyarakat dan ekonomi Filipina mirip dengan Indonesia. Jika Nadiem ingin membuktikan bahwa kesuksesan Gojek di Indonesia bukan kebetulan, tidak ada laboratorium kedua yang lebih baik daripada Filipina.

REBUT PASAR

Terbentur izin dalam bisnis transportasi, sepertinya Gojek bakal lebih mulus memperluas jangkauan layanan tekfinnya ke Filipina.

Kemarin (18/1), Gojek mengumumkan akuisisi saham perusahaan tekfin Filipina yang bernama Coins.ph. Ini adalah akuisisi pertama Gojek atas perusahaan luar negeri di bidang tekfin.

Akuisisi memang merupakan strategi favorit oleh Gojek dalam membangun dalam bisnisnya, terutama bisnis teknologi finansial yaitu Go-Pay. Alasannya, tentu, Gojek punya kekuatan modal sebagai perusahaan dengan dukungan pendanaan terjumbo di Tanah Air.

Pencaplokan perusahaan pertama yang paling signifikan dalam perkembangan Go-Pay adalah akuisisi Gojek atas MVCommerce pada 2016. Akuisisi itu dilakukan demi mendapatkan lisensi pembayaran digital yang dimiliki perusahaan itu.

Berbekal lisensi milik MVCommerce, Gopay terus berkembang di saat TokoCash milik Tokopedia, Grabpay milik Grab, dan BukaDompet milik Bukalapak tak kunjung mendapatkan restu dari Bank Indonesia.

Lewat akuisisi Coins.ph, Gojek kini punya lisensi untuk mengoperasikan layanan keuangan digital yang pasarnya begitu menggiurkan di Filipina.

Berdasarkan data dari bank sentral Filipina, sekitar 60% penduduk Filipina hanya bertransaksi secara tunai per 2017. Jumlah pengguna transaksi digital di Filipina pada 2018 baru 1%.

Di Filipina, yang terkenal sebagai pengekspor pekerja migran ke seluruh dunia, remitansi juga marak seperti halnya di Indonesia. Sekitar 80% dari remitansi di Filipina dilakukan secara manual melalui kasir di bank, atau institusi finansial lain.

Coins.ph yang mengantongi pendanaan sekitar US$10 juta ini, menyediakan seluruh layanan di atas bagi 5 juta pengguna dengan volume mencapai 6 juta transaksi per hari.

Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita menjelaskan, akuisisi Gojek atas Coins adalah bagian dari rencana ekspansi internasional Gojek yang berjalan dalam setahun terakhir.

“Kemitraan dengan Coins.ph merupakan ekspansi fintech pertama kami untuk mewujudkan komitmen dalam memberikan solusi bagi masyarakat melalui teknologi,” ujarnya.

Nila menambahkan, Gojek akan mendukung Coins.ph untuk berekspansi dalam skala yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dengan bekal keahlian, dana, dan teknologi yang dimiliki Gojek. Sebaliknya, Coins.ph mendatangkan keuntungan dari sisi pengalaman tentang pasar, dan konsumen Filipina. Selain itu, Coins.ph juga butuh dukungan Gojek untuk memenangkan kompetisi bisnis uang digital di Filipina.

Pertarungan Gojek di Filipina bakal makin berat ketika izin aplikasi transportasi tidak kunjung didapat. Selama ini di penerapan Go-Pay sebagai dompet digital cepat diadopsi di Tanah Air karena basis penggunaan layanan transportasi, dan pesan antar Gojek sangat besar.

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Misi ekspansi dari Gojek boleh saja mulia. Namun, jalan pembuktikan Gojek masih cukup terjal. Tim Gojek dituntut cepat beradaptasi dengan regulasi yang diterapkan oleh negara lain, dan bermanuver untuk menundukkan ikan besar yang bernama Grab.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Surya Rianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper