Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kecelakaan Ethiopian Airlines, Nasib Boeing di Ujung Tanduk?

Kecelakaan Ethiopian Airlines Memperparah Nasib Boeing dengan seri pesawatnya 737 Max. Beberapa negara pun sudah melarang terbang Boeing 737 Max 8, lalu bagaimana nasib Boeing selanjutnya?

Bisnis.com, JAKARTA -- Sekitar lima bulan pasca kecelakaan Lion Air, Boeing kembali menghadapi tekanan setelah Ethiopian Airlines dengan pesawat B737 Max 8 mengalami kecelakaan pada Minggu (10/03/2019). Beberapa negara langsung melarang terbang jenis pesawat Boeing itu, lalu bagaimana nasib produsen pesawat asal Paman Sam tersebut?

China menjadi negara pertama yang melarang operasional pesawat berbadan ramping tersebut. Bahkan, keputusan pelarangan itu diumumkan sebelum tim penyidik internasional meninjau data penerbangan dan perekam suara kokpit Ethiopian Airlines yang mengalami kecelakaan. Saat ini, ada sekitar 96 unit pesawat B737 Max 8 yang beroperasi di China.

Selaras dengan China, beberapa negara seperti Indonesia, Singapura, beberapa maskapai di Meksiko dan Argentina.

Teranyar, otoritas keselamatan penerbangan sipil Australia ikut memerintahkan larangan terbang pesawat Boeing 737 Max ke atau dari Negeri Kangguru tersebut.

Lalu, Eropa dan India dikabarkan sudah ikut mengandangkan pesawat Boeing jenis 737 Max series tersebut.

Respons berbeda dilakukan oleh  Kanada, dua kawasan itu menilai terlalu dini untuk mengambil tindakan. Mereka masih akan meneliti langkah selanjutnya semabri menunggu kontak dengan rekan-rekan di AS.

Awan mendung yang muncul di jenis pesawat Boeing 737 Max series adalah krisis terbesar bagi CEO Boeing Dennis mullenburg. Sebelumnya, Boeing juga menghadapi tantangan setelah pesawat Boeing 787 atau jenis Dreamliner dilarang terbang oleh Federal Administration Aviation (FAA) karena keselamatan.

Padahal, sejak Mullenburg ambil kendali jajaran direksi Boeing pada Juli 2015, produsen pesawat itu terus meningkatkan arus kas dengan membeli saham dan menumpuk backlog pesanana pesawat hingga US$490 miliar.

Sampai Januari, Boeing melaporkan pengiriman 350 unit pesawat 737 Max kepada 46 maskapai.

Secara keseluruhan, Boeing telah melampaui 5.000 pesanan unit pesawat yang datang dari lebih dari 80 maskapai penerbangan.

Pesawat yang dipesan sebagian besar adalah seri 737 Max 8, jenis pesawat yang terlibat dalam dua kecelakaan selama lima bulan terakhir.

Jumlah pesanan pesawat yang tinggi itu sempat mendongkrak saham Boeing tiga kali lipat. Kapitalisasi pasar Boeing tembus US$140 miliar dan produsen pesawat itu menjadi salah satu industri AS yang paling berharga.

Kinerja penjualan Boeing pada 2018 sempat tembus US$100 miliar untuk pertama kalinya.

Pada kecelakaan B737 Max 8 pertama yang terjadi di Indonesia, harga saham Boeing tidak terlalu goyah dan masih cenderung lanjut menguat.

Analis Penerbangan Global George Ferguson mengatakan, kecelakaan pada Lion Air Oktober 2018 terjadi karena pelatihan yang tidak memadai untuk sistem baru pesawat anyar tersebut.

Menurut Bloomberg Intelligence, pesawat 737 Max yang memulai debutnya pada Mei 2017 diprediksi berkontribusi senilai US$30 juta terhadap pendapatan tahunan Boeing karena produksi pabrik mengalami kenaikan pada tahun ini.

Analis Citigroup Inc. Jonathan Raviv mengatakan, pelarangan 737 Max series mungkin tidak membuat pembatalan pesanan secara massal. Namun, kebijakan itu dikhawatirkan memicu opini 737 Max adalah model yang tidak sempurna dan akan tergeser oleh Airbus A320neo.

Hal itu bisa terjadi jika sentimen negatif dari pelanggan dan pilot terus terjadi.

"Namun, pada akhirnya, masalah seperti ini biasanya diselesaikan dengan fakta bahwa 737 Max masih diperbolehkan terbang di AS," ujarnya.

Harga saham Boeing pun langsung anjlok 11,15% dalam tiga hari terakhir menjadi US$375,41 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Surya Rianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper