Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah VOC, Kisah Kompeni Belanda Penguasa Hindia Timur

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) memiliki ikatan kuat dengan wilayah yang kini bernama Indonesia. Dari sana, mereka mengambil rempah-rempah secara cuma-cuma untuk dijual kembali. Hasilnya, VOC menjadi megakorporat yang memiliki keuntungan terbesar. Sayang, nasibnya buruk hingga harus bangkrut, ini kisahnya.

Bisnis.com, Jakarta – Kompeni menjadi istilah untuk menyebut nama Belanda ketika menjajah kawasan Hindia Timur, kini Indonesia. Dari mana asal usul kata Kompeni tersebut?

Entah berhubungan atau tidak, asal usul nama kompeni berawal dari kehadiran Vereenigde Oostindische Compagnie(VOC) ke Indonesia untuk mengambil rempah-rempah. Kerap berseteru dengan masyarakat sekitar membuat para tentara atau pasukan VOC yang berasal dari Belanda itu kompeni.

VOC pun bukan sekedar Belanda, tetapi sebuah perusahaan besar yang memiliki lini usaha perdagangan rempah-rempah.

Bahkan, VOC disebut sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia. Pasalnya, daerah kekuasaan VOC membentang dari wilayah sebelah timur Tanjung Harapan, Afrika bagian selatan, hingga sebelah barat Selat Magelhaens.

Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602 ini tercatat mempunyai pos di Tanjung Harapan, Persia, Benggala, Ceylon, Malaka, Siam, Cina daratan, Formosa, selatan India, dan tentu saja Indonesia.

Cikal bakal ekspansi VOC dengan Nusantara bermula ada 4 kapal ekspedisi di bawah pimpinan Cornelis de Houtman berlayar mencapai Banten pada 1596. Itulah kontak pertama Belanda dengan Indonesia.

Seiring Inggris mulai mendirikan perusahaan dagang di Asia yang dinamakan The British East India Company pada 31 Desember 1600, Prancis dan Belanda pun tidak mau ketinggalan. Negeri Kincir Angin menyusul pada 1602 dan Prancis mendirikan French East India Company pada 1604.

VOC sendiri didirikan lewat merger 4 perusahaan dagang, yakni Brabantsche CompagnieCompagnie van VerreCompagnie can De Moucheron, dan Veerse Compagnie.

Keempat perusahaan itu dijadikan satu untuk menghindari persaingan antar perusahaan Belanda di kawasan Hindia Timur.

Perusahaan diversifikasi yang menjual rempah-rempah hingga sutra ini tercatat kerap mengalami konflik dengan pihak Inggris. Dinamika hubungan tersebut kian buruk saat terjadi pembantaian di Ambon pada 1623. 

Penyiksaan dan eksekusi dilakukan oleh VOC kepada 20 orang, di antaranya 10 pegawai The British East India Company, atas tuduhan pengkhianatan. Tragedi ini merupakan buah dari persaingan kedua perusahaan Hindia timur itu dalam perdagangan rempah, hingga menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.

Meski begitu, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya pada tahun 1669 dengan memiliki lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, 10.000-an angkatan bersenjata, dan memberi pembayaran dividen 40%.  

Setelah peperangan keempat antara Belanda dengan Inggris (1790-1784), VOC berangsur mengalami krisis finansial dan akhirnya dibubarkan pada 31 Desember 1799.

Warisan yang ditinggalkan VOC lantas 'dilungsurkan' ke Belanda, berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal, daerah kekuasan, serta berupa utang 136,7 juta gulden. 

Setidaknya ada beberapa penyebab mengapa VOC bisa gulung tikar. Pertama, korupsi bukan hanya menjangkiti Nusantara modern, tapi juga terjadi dalam tubuh VOC. Banyak pegawai mereka yang korup.

Tidak berhenti di situ, sejumlah peperangan yang dilakukan, misalnya melawan Hasanuddin dari Gowa, memakan biaya yang besar. Selain itu, ongkos untuk membayar pegawai non-inlander juga tidak murah. 

Belum lagi, saingan dagang yang bertambah beserta upaya-upaya invasi yang tiada habis-habisnya, berkelindan dengan pembayaran dividen yang terasa memberatkan setelah pemasukan lambat-laun mulai berkurang.

Bursa Saham dan Emiten Pertama di Dunia

Tidak hanya sebagai perusahaan raksasa abad pertengahan, VOC juga disebut sebagai emiten dan bursa saham pertama di dunia. Bursa di kota Amsterdam didirikan oleh VOC pada 1602 untuk urusan perdagangan saham dan obligasi, sebagai upaya untuk mendanai kegiatan maritimnya.

Lantas memasuki tahun 1611, gedung Bursa Efek Amsterdam berdiri. Tempat ini kemudian menjadi pusat perdagangan efek VOC yang juga bagi Persekutuan Dagang Hindia Barat Belanda (GWC). 

Selama ratusan tahun, Amsterdamse Effectenbueurs terus melakukan perdagangan diselingi munculnya berbagai bursa di belahan dunia, semisal Paris Bourse pada 1724, Philadelphia Stock Exchange pada 1790, dan London Stock Exchange pada 1801.

Meski Bursa Amsterdam banyak disebut sebagai pasar saham pertama, Fernand Braudel punya pendapat yang berbeda. Ia menyebut bahwa aktivitas perdagangan saham telah berlangsung jauh lebih awal di Venesia, Florence sebelum 1328, atau di Genoa, maupun di Jerman.

"Semua bukti tertuju pada Mediterania sebagai tempat lahirnya pasar saham. Tetapi, yang benar-benar  baru di Amsterdam adalah volume, fluiditas pasar, dan publisitas yang diterima, beserta kebebasan transaksi yang spekulatif," seperti diterangkan dalam buku Civilization and Capitalism 15th-18th Century: The Wheels of Commerce terbitan Harper & Row, 1983.

Memasuki 14 Desember 1912, Bursa Batavia didirikan dengan maksud untuk mendudung aliran permodalan di Hindia Belanda. Saat itu penghimpunan dana bukan berasal dari pribumi, melainkan dari para pemodal Belanda, Arab, dan China.

Bursa Batavia yang merupakan cikal-bakal Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pasar modal tertua keempat di Asia setelah Bursa Mumbai (1830), Hong Kong (1847), dan Tokyo (1878).

Lantas pada tahun 1983, European Options Exchange (EOE) didirikan di Amsterdam sebagai bursa berjangka. Setelah itu, pada 1997 Bursa Saham Amsterdam dan EOE bergabung sehinggga berganti nama menjadi Amsterdam EXchange (AEX) yang dikelola oleh Euronext Amsterdam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ahmad Rifai
Editor : Surya Rianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper