Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertemuan yang masih Gantung di Tengah Memanasnya Perang Dagang AS-China

Perang dagang AS dengan China makin panas setelah gedung putih umumkan tarif impor barang China naik menjadi 25%. Namun, pejabat AS dengan China masih melanjutkan perundingan. Apakah kedua negara bisa menemui kesepakatannya pada pekan ini?

Bisnis.com, JAKARTA -- Perang dagang Amerika Serikat dengan China kembali memanas setelah Gedung Putih mengumumkan tarif impor barang China naik menjadi 25% ketimbang sebelumnya 10%.  Lalu, bagaimana nasib pertemuan antara AS dengan China yang masih berlanjut hingga Jumat (10/05/2019)?

Kenaikan tarif impor itu menargetkan barang impor dari China ke AS dengan nilai dagang US$200 miliar. Tarif baru itu menyangkut 5.700 kategori produk yang berbeda asal China mulai dari sayur-sayuran hingga lampu natal dan kursi tinggi untuk bayi.

Selain itu, AS juga masih mengincar pengenaan tarif impor barang dari China senilai US$325 miliar.

Keputusan itu seolah membuat pertemuan antara pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan perwakilan China yakni, Wakil Perdana Menteri Liu He, sia-sia. Meskipun begitu, pertemuan antara pejabat AS dengan Liu He masih terus berlanjut.

Sebelumnya, dalam editorial yang dipublikasikan oleh Global Times, media yang dikelola pemerintah China, menyebutkan kedua belah pihak masih ingin mencapai sebuah kesepakatan dagang. Namun, prosesnya terhambat karena ketegangan malah makin tinggi dalam beberapa hari terakhir.

Media itu juga menyebutkan, China dan AS sudah siap untuk perang verbal selama masa gencatan senjata tarif yang ditetapkan pada Desember 2018.

"Peringatan dari China yang mengatakan mereka siap membalas kenaikan tarif AS, yang dijadwalkan [10/5/2019] disampaikan dengan nada tenang, tetapi tetap menunjukkan sikap tegas melawan aksi Paman Sam," tulis surat kabar itu seperti dikutip Bloomberg pada Kamis (09/05/2019).

Pada sebuah agenda kampanye di Panama City Beach, Florida, Presiden AS Donald Trump mengatakan, Liu He adalah orang yang baik, tetapi mereka telah melanggar kesepakatan.

Trump tidak menyukai sikap China yang mengutarakan niat balasan terkait kenaikan tarif AS tersebut.

Masyarakat AS Respons Negatif

 

Namun, keputusan Trump itu mendapatkan sentimen negatif dari warga AS sendiri.

Wakil Presiden Urusan Pemerintah Asosiasi Produsen Peralatan AS menilai kenaikan tarif impor bisa membuat ekspor AS juga turun. Hal itu bakal menekan lapangan kerja untuk industri sebanyak 400.000 dalam 10 tahun ke depan.

"Kenaikan tarif ini juga memicu China melakukan aksi balasan yang bisa merugikan petani, masyarakat, dan keluarga di AS," ujarnya.

Apakah perundingan antara China dengan AS yang masih berlangsung bakal menemui kesepakatan atau malah membuat situasi perang dagang makin panas?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper