Bisnis.com, JAKARTA — Konferensi Asia Afrika telah digelar sebanyak tiga kali dalam kurun 1955-2015 di Indonesia. Terakhir, konferensi tingkat tinggi ini dihelat pada 19-24 April di Jakarta dan Bandung.
Awalnya, konferensi ini diikuti oleh negara-negara Asia dan Afrika, termasuk mereka yang baru saja memperoleh kemerdekaan, yakni Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan.
Dikoordinir Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario, pertemuan yang berlangsung pada 18-24 April 1955 tersebut dihelat di Gedung Merdeka, Bandung. Berbagai literatur sejarah mencatat bahwa konferensi dihelat untuk lebih mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme yang dilancarkan Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lain.
Pada KAA yang pertama terdapat 29 negara, yang memiliki lebih dari setengah populasi dunia ketika itu, mengirim wakilnya. Bagi Indonesia, forum ini menjadi sarana menyampaikan keinginan untuk mempromosikan haknya dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Pertemuan ini diakhiri dengan sepuluh poin kesepakatan yang tertuang dalam Dasasila Bandung. Dasasila Bandung memasukkan prinsip-prinsip Piagam PBB dan Nehru yang kemudian membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
Untuk memperingati 50 tahun pertemuan bersejarah tersebut, para kepala negara-negara Asia dan Afrika kemudian berkumpul mengikuti sebuah pertemuan di Bandung dan Jakarta, pada 19-24 April 2005. Kofi Annan, yang ketika itu menjabat sebagai Sekjen PBB, juga ikut hadir. Hasilnya, mereka menyepakati terjalinnya New Asian-African Strategic Partnership, Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP).
Dalam pelaksanaannya yang ketiga di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April 2015, agenda KAA kali itu meliputi Asia-Africa Business Summit serta Asia-Africa Carnival. Negara-negara dan tokoh-tokoh penting yang terlibat jauh lebih banyak.
Ada sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat, 20 organisasi internasional dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing. Di antaranya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak, Presiden Myanmar Thein Sein, Raja Swaziland Mswati III dan Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala.
KAA 2015 menghasilkan tiga dokumen penting yang mencakup Pesan Bandung (Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) serta Deklarasi kemerdekaan Palestina.