Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Lebih Agresif Memburu Bank

Konsolidasi bank masih belum bisa mengejar target Arsitektur Perbankan Indonesia. Lalu, proses konsolidasi bank justru cenderung dikuasai asing ketimbang lokal. Apa penyebabnya?

JAKARTA — Investor asing masih mendominasi konsolidasi perbankan di Indonesia. Ada 15 investor asing yang mengakuisisi bank nasional dalam 15 tahun terakhir.

Para pemodal asing itu bisa mengakuisisi dua bank nasional sekaligus untuk dimerger.

Namun, langkah pemodal asing itu belum cukup mengurangi jumlah bank.

Sejak Arsitektur Perbankan Indonesia (API) digulirkan pada 2004, jumlah bank hanya berkurang dari 133 bank menjadi 115 bank pada 2018. Padahal, target API bisa mengonsolidasikan hingga tersisa 35-50 bank.

Aksi korporasi terbanyak terjadi dalam 2—3 tahun terakhir. Akuisisi paling mutakhir terjadi pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. oleh Mitsubishi UFJ Financial Group Bank (BTMU). Aksi tersebut dilakukan dalam tiga tahap dan bakal menjadi transaksi terbesar sepanjang sejarah industri perbankan nasional.

Selain itu, BTMU juga melakukan merger Bank Danamon dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Di BNP, bank asal Jepang itu telah menguasai total 75% saham, sebagian besar melalui anak usahanya, Acom Co. Ltd. Japan sebesar 67,59%.

Dalam skenario merger Danamon dan BNP, BTMU akan mengendalikan 72,78% saham. Lalu, Acom masih menguasai 1,3% saham. Komposisi akan berubah ketika pemegang saham minoritas atau publik melepas kepemilikan.

Bank Danamon akan menjadi bank yang menerima penggabungan. Semua aset dan kewajiban BNP akan dialihkan kepada bank berkode emiten BDMN tersebut.

Investor Asing Lebih Agresif Memburu Bank

“Setiap pemegang saham Bank Danamon dan BNP berhak untuk menjadi pemegang saham Bank Danamon selaku bank yang menerima penggabungan atau menjual saham mereka kepada MUFG Bank, sebagai pihak yang ditunjuk oleh Bank Danamon dan BNP,” ujar Direktur Bank Danamon Rita Mirasari kepada Bisnis, Selasa (22/1).

Manajemen bank itu menawarkan harga Rp9.590 per lembar saham untuk Bank Danamon, angka itu di atas harga audit Rp7.492 per lembar. Kemarin, harga saham BDMN ditutup naik 7,78% ke level Rp9.000 per saham.

Lalu, saham Bank BNP ditawarkan Rp4.088 per lembar, di atas harga pasar Rp1.769 per lembar.

Minat Investor Lokal Rendah

Investor lokal di Indonesia dinilai masih lebih tertarik untuk masuk ke industri nonbank. Alasannya, para pengusaha mengetahui kalau bisnis bank itu berat dan regulasinya ketat.

Kemudian, jumlah investor lokal yang punya kemampuan untuk konsolidasi bank terbatas, sedangkan investor asing pun agresif masuk memburu bank nasional karena didukung oleh regulasi.

Seperti diketahui, regulator mencabut aturan batas maksimal kepemilikan saham bank oleh asing sebanyak 40%. Dengan catatan, para pemilik modal dari negara lain membeli dua bank lokal, lalu dimerger.

Otoritas perlu memberikan insentif agar para investor lokal ikut tergerak dalam pusaran konsolidasi bank nasional.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mendorong bank besar berperan aktif dalam konsolidasi perbankan 2019.

Regulator akan mengkaji kembali berbagai aturan terkait merger dan akuisisi perbankan, salah satunya mengenai single presence policy (SPP).

Investor Asing Lebih Agresif Memburu Bank

“Artinya nanti kalau dia bisa ambil bank-bank kecil, dan menjadi bank satelitnya, bank digital, bank khusus UMKM, tetapi di dalam lingkup konsolidasinya,” ujar Heru Kristiyana.

Beberapa investor lokal yang sudah merencanakan akuisisi bank nasional antara lain, PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Selain itu, ada pula beberapa investor yang sempat mengutarakan rencana akuisisi bank, tetapi tidak kunjung terealisasi seperti, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank MNC International Tbk.

Lalu, ada juga investor lokal yang sudah sukses mengakuisisi bank nasional yakni, PT Banten Global Development yang ambil alih PT Bank Pundi Tbk. dan diubah menjadi PT Bank Banten Tbk.

Sementara itu, Setiawan Ichlas yang berniat ambil alih PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. malah kandas di tangan OJK. Regulator menolak Setiawan karena setoran dana awal yang diberikan tidak ada informasi sumber dana. (Novita Sari Simamora/Ropesta Sitorus)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper