Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah operator seluler mulai berlomba membuat ekosistem Internet of things (IoT), guna menjadikan industri internet untuk segala di Indonesia makin moncer.
Sebagai industri baru di Indonesia, IoT atau internet untuk segala membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam pengembangannya. Pasalnya, industri ini diklaim sebagai bisnis masa depan.
Berdasarkan data Asosiasi IoT Indonesia, pangsa pasar IoT di Indonesia pada 2022 akan mencapai Rp 444 triliun dengan perincian kontribusi dari lini konten dan aplikasi senilai Rp 192,1 triliun, dari lini platform senilai Rp156,8 triliun, dari lini perangkat senilai senilai Rp56 triliun dan terakhir, serta dari lini network and gateway senilai Rp39,1 triliun.
General Manager External Communications PT Telekomunikasi Selular Denny Abidin mengatakan model bisnis IoT yang dikembangkan oleh perseroan juga mengarah pada pembangunan ekosistem digital, lewat kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan.
Denny mengatakan untuk menstimulasi pertumbuhan IoT, Telkomsel memiliki program Telkomsel Innovation Center (TINC), yang merangkum berbagai kegiatan dalam membentuk ekosistem IoT Indonesia.
“Program yang ada di TINC antara lain berupa penyediaan laboratorium IoT, program mentoring dan bootcamp bersama expertise di bidang IoT, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait,” kata Denny kepada Bisnis, Rabu (15/5).
Denny menambahkan, hingga kuartal I/2019, solusi IoT yang telah melewati masa inkubasi di TINC antara lain bike sharing di Universitas Indonesia, hasil kolaborasi bersama Banopolis; automatic fish feeder atau aqua culture solution bagi petani dan petambak di berbagai daerah di Indonesia, hasil kolaborasi bersama eFishery; serta smart bin waste management system bersama Danone dan Alfa Mart, hasil kolaborasi bersama SMASH.
“Beberapa solusi bisnis lainnya yang telah dipercaya beberapa perusahaan seperti PLN, Peruri, Pertamina, dan G4S adalah smart metering, remote tank monitoring INTANK, track and trace, serta control center,” kata Denny.
Sementara itu, Direktur Teknologi PT XL Axiata Tbk. Yessie D. Yosetya menuturkan bisnis IoT di perseroan bergantung pada permintaan klien. Dia menjelaskan sejauh ini XL Axiata telah mengomersialisasikan sejumlah alat IoT seperti Fleetech yaitu sebuah alat untuk memantau kendaraan dan Hajj perangkat untuk jemaah haji.
“Sedang dikembangkan juga adalah tracking kendaraan untuk sepeda karena untuk IoT yang terpenting adalah use case,” kata Yessie kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Di samping itu,belum lama ini XL Axiata melalui XL Business Solutions menjalin kerja sama dengan PT Sierad Produce Tbk. dalam pengembangan smart poultry dengan menerapkan solusi IoT untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi unggas.
Inisiatif IoT di XL Axiata telah dimulai sejak 2017, kemudian pada November 2018 XL Axiata membuat X-Camp XL Axiata untuk merangsang pertumbuhan IoT di Indonesia.