Bisnis.com, JAKARTA – Kekayaan Nico Purnomo Po meningkat drastis setelah harga saham perusahaan yang dimilikinya PT Pollux Properti Indonesia Tbk. melejit lebih dari 500% pada pertengahan Juli 2019 lalu. Konon, kekayaan Nico Po melonjak hingga US$3,6 miliar karena lonjakan harga saham tersebut.
Bloomberg mencatat, kenaikan harga saham emiten berkode POLL itu menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan 4.700 saham yang terdaftar dalam Bloomberg World Index pada 14 Oktober 2019. Valuasi POLL juga melejit 34 kali lipat dari aset bersihnya.
Pollux Properti Indonesia masih bisa dibilang pemain baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan baru melantai di BEI pada 11 Juli 2018 dengan harga penawaran Rp615 per saham. Namun, harga sahamnya terus melejit hingga Rp7.550 per saham pada perdagangan Selasa (23/10/2019).
Lonjakan harga saham POLL itu menjadi perhatian BEI sejak 15 Agustus 2019. Pada periode itu, BEI menetapkan pergerakan saham POLL di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA). Bursa telah memerhatikan pergerakan harga saham yang tidak wajar dari POLL sejak 14 Agustus 2019 ketika tembus Rp3.100 per saham.
Sampai 15 Agustus 2019, harga saham POLL terus tancap gas 24,8% ke level Rp3.870 per saham. Dari catatan BEI, aktivitas terakhir yang dilakukan POLL adalah laporan keuangan interim semester I/2019.
Setelah masuk UMA, harga saham POLL malah terus menanjak hingga puncaknya di level Rp5.475 per saham pada 30 Agustus 2019. BEI pun memutuskan suspensi saham POLL selama satu hari pada 2 September 2019.
Saham POLL kembali diperdagangkan pada 3 September 2019. Sejak diperdagangkan kembali, harga saham POLL sempat turun sebesar 26,57% dalam 4 hari menjadi Rp4.020 per saham.
Meskipun begitu, emiten milik Nico Po kembali melejit hingga posisi perdagangan Selasa (22/10/2019) yang tembus Rp7.550 per saham.
Pollux pun memberikan klarifikasi kepada BEI terkait lonjakan harga sahamnya. Kinerja keuangan perseroan yang baru berdiri pada 2014 diklaim sebagai pendongkrak harga saham POLL.
Bahkan, dikutip dari Bloomberg, Nico Po mengatakan, kenaikan harga POLL itu mencerminkan investasi perusahaan bakal menghasilkan pendapatan berulang setelah operasional.
Kinerja Keuangan Pollux Properti Indonesia
Kinerja keuangan POLL memang mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan pada semester I/2019. Perseroan mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 197,28% menjadi Rp403,51 miliar dibandingkan dengan Rp135,73 miliar pada periode sama tahun lalu.
Lonjakan pendapatan Pollux itu disokong oleh penjualan apartemen yang melejit 431,24% menjadi Rp376,65 miliar. Namun, penjualan perkantoran dan lainnya Pollux justru turun masing-masing sebesar 58,36% dan 65,19% menjadi Rp26,19 miliar dan Rp670,33 juta.
Pollux pun mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 302,13% menjadi Rp83,3 miliar dibandingkan dengan Rp20,71 miliar pada periode sama tahun lalu.
Pollux memiliki beberapa proyek besar seperti, World Capital Tower yang baru rampung beberapa waktu terakhir. Selain itu, POLL juga memiliki kondominum mewah, yakni Pollux Sky Suites yang terletak di Mega Kuningan.
Selain itu, POLL juga menggarap mega proyek superblok di Batam senilai Rp11 triliun. Proyek itu dikerjakan oleh perusahaan patungan Pollux Barelang Megasuperblok. POLL menguasai 51% saham pada perusahaan patungan tersebut.
Analis Skeptis
Di sisi lain, analis masih skeptis terkait kenaikan saham POLL yang disebut berhubungan erat dengan kinerja keuangan yang moncer.
Direktur PT Ciptadana Sekuritas John Teja mengatakan tingkat likuid saham POLL sangat rendah karena porsi kepemilikan publik hanya 15%.
“Untuk itu, bisa jadi harga sahamnya tidak mencerminkan fundamental keuangannya,” ujarnya
Analis RHB Research Institute Christopher Andre Benas mengatakan dengan ringkas kalau lonjakan harga saham POLL sangat tidak masuk akal.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal III OJK Fahri Hilmi pun menuturkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan BEI terkait lonjakan harga saham POLL yang melonjak pada Agustus 2019 silam.
Latar Belakang Nico Purnomo Po
Nico Po bukanlah orang kemarin sore di dunia bisnis, dia dilahirkan dari keluarga pebisnis. Neneknya sudah merintis bisnis kemeja lewat PT Golden Flower Tbk. Sampai saat ini, Golden Flower yang juga baru melantai di BEI masih eksis.
Kini, emiten berkode POLU itu memasok produk sejumlah merek ternama seperti, Calvin Klein, Ann Taylor, J.Kru, Tommy Hilfiger, Ralp Lauren, DKNY.
Golden Flower resmi melantai di BEI pada 26 Juni 2019 dengan harga penawaran perdana senilai Rp432 per saham. Kini, harga saham POLU sudah tembus Rp2.220 per saham.
Tak hanya neneknya, Ayah Nico Po, yakni Po Soen Kok adalah pebisnis ulung. Po memulai bisnis garmen pada 1980-an di Semarang, dia membentangkan lini usahanya ke properti di Singapura.
Po berbisnis properti di Negeri Singa lewat Pollux Properties Ltd. Dia pun membangun hunian kelas menangah di sana.
Balik ke Indonesia, dia pun menjajal bisnis propertinya di Semarang. Proyek properti pertamanya di Indonesia adalah Paragon City yang berbasis di Semarang.
Ibu Po, Luciana, pun lengket bersama ayahnya dengan menjadi jajaran komisaris di beberapa perusahaannya.
Secara total, ada tiga perusahaan yang berhubungan dengan keluarga Po di BEI. Selain, POLL dan POLU, ada juga PT Pollux Investasi Indonesia Tbk. Emiten berkode POLI itu baru melantai di BEI pada 10 Januari 2019. Saat itu, POLI menawarkan harga saham perdana senilai Rp1.635 per saham. Kini, harga sahamnya berada di kisaran Rp1.450 per saham.