Bisnis.com, JAKARTA – Tiktok yang namanya menggelegar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, ternyata lahir dari perusahaan rintisan berstatus dekakorn terbesar dunia, ByteDance. Dengan valuasi sekitar US$75 miliar, ByteDance pun mengambil posisi Uber yang memilih melantai di bursa efek pada tahun lalu.
Perusahaan rintisan yang didirikan oleh Zhan Yiming itu menjadi raja dekakorn setelah mendapatkan putaran pendanaan private equity pada Oktober 2018 senilai US$3 miliar. Para investor di putaran pendanaan itu antara lain, Softbank Group, Kohlberg Kravis Roberts & Co. (KKR), General Atlantic, dan Primavera Capital Group.
Investor itu mungkin percaya diri memberikan pendanaan kepada ByteDance karena perusahaan rintisan itu sudah mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang mengesankan sepanjang dua tahun terakhir. Menurut Bloomberg Bytedance mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 188% menjadi US$7,2 miliar pada 2018.
Nah, Zhan Yiming menargetkan perusahaan rintisannya bisa menembus pendapatan hingga US$14,8 miliar. Hal itu mungkin saja tercapai jika melihat pencapaian pendapatan pada semester I/2019 yang sudah mencapai sekitar US$8 miliar.
Model Bisnis ByteDance
Peserta TikTok Creator's Lab 2019 mengenakan topeng sambil membawa kamera di Tokyo, Jepang, pada 16 Februari 2019. Tiktok adalah anak usaha ByteDance yang membangun berbagai aplikasi lewat pengolahan data dari kecerdasan buatan. Shiho Fukada/Bloomberg
Model bisnis Bytedance dalam CB Insight disebut berhubungan dengan kecerdasan buatan. Dari kecerdasan buatan itu, Bytedance mengembangkan beberapa produk, seperti media sosial TikTok.
ByteDance mendorong para penggunanya sebagai content creator untuk aplikasinya. Pembuatan kontennya pun dipermudah hanya lewat ponsel pintar para penggunanya.
Tak hanya itu, ByteDance juga membantu penggunanya mendapatkan konten sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan analisis big data.
Untuk mengembangkan itu, ByteDance pun mendirikan lembaga riset AI Lab pada Maret 2016. Lembaga riset itu pun kini dipimpin oleh mantan asisten direktur utama Mircosoft Research Asia Wei-Ying Ma.
Lembaga riset itu fokus mengembangkan natural language processing, machine learning, computer vision, speech & audio, knowledge & data mining, distributed system & networking, dan computer graphics.
Xiaomingbot, Hasil Pengembangan AI Lab
Dari AI Lab itu, salah satu teknologi yang berhasil dilahirkan adalah Xiamingbot. Produk itu merupakan hasil kerja sama dengan Peking University pada 2016.
Xiaomingbot adalah robot yang mampu menulis sendiri. Konon, produk robot ini sudah digunakan pada Olimpiade 2016 di Rio, Brasil. Xiaomingbot disebut mampu menulis 450 artikel selama gelaran multievent tersebut.
Bahkan, Xiaomingbot bisa menayangkan artikelnya dua detik setelah pertandingan berakhir.
Produk ByteDance
Kantor pusat ByteDance Technology Co. yang berdiri di Beijing. ByteDance terkenal dengan aplikasi bernama Jinri Toutiao atau Today's Headlines, yang mengumpulkan berita dan video dari ratusan media massa. Dalam lima tahun, aplikasi ini menjadi salah satu layanan berita paling populer dengan jumlah pengguna mencapai 120 juta per hari. Giulia Marchi/Bloomberg
ByteDance memiliki beberapa produk, yang paling terkenal adalah TikTok. Douyin, nama TikTok di China, adalah platform media sosial yang kontennya berisi video lip-sync yang sangat populer di kalangan anak muda.
Selain TikTok, ByteDance punya Toutiao yang merupakan platform konten berita dan informasi di China. Toutiao bisa dibilang adalah produk inti dari ByteDance.
Toutiao ini pun tak hanya di China, ByteDance juga memiliki Toutiao versi Bahasa Inggris bernama TopBuzz, sedangkan di Indonesia ByteDance menjadi pemegang saham produk serupa, yakni BaBe.
Toutiao dkk ini adalah platform mengandalkan machine learning dan artificial intelligence untuk menganalisis isi konten yang disukai pengguna. Jadi, pengguna hanya akan menerima konten yang benar-benar disukainya.
Zhan Yiming menekankan kalau ByteDance bukan bisnis berita seperti, media massa, tetapi lebih kepada bisnis pencarian dan media sosial.
"Kami tidak mempekerjakan editor atau wartawan. Kami melakukan pekerjaan yang sangat inovatif. Kami bukan peniru perusahaan AS, baik dalam produk maupun teknologi," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg pada 2017.
Pernyataan Zhang memang sangat sesuai dengan bentuk konten yang ada di aplikasi Toutiao dkk. Pasalnya, Toutiao dkk tidak sekadar mengambil berita dari media massa terpercaya, tetapi juga memuat konten yang ‘mungkin’ tidak berdasarkan fakta.
Salah satu contohnya, Helo, platform serupa yang berbasis di India disebut menyebarkan konten tentang kebencian agama sehingga memicu kekerasan di negara tersebut.
Begitu juga TopBuzz yang dikritik karena memuat konten konspirasi, termasuk pengakuan Yoko Ono, pasangan John Lennon, yang mengaku berselingkuh dengan Hilary Clinton pada 1970-an.