Bisnis.com, JAKARTA — Investasi di sektor energi terbarukan diperkirakan akan mencapai dua kali lipat dari uang yang mengalir ke sektor batu bara, minyak, dan gas sepanjang tahun ini.
Dari total investasi sekitar US$3 triliun, sebanyak US$2 triliun diantaranya akan digelontorkan ke sektor-sektor seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, tenaga nuklir, jaringan listrik, penyimpanan, dan efisiensi.
Menurut Badan Energi Internasional alias International Energy Agency (IEA), beberapa proyek hijau terhambat oleh kenaikan suku bunga, tetapi hal ini telah diimbangi oleh tekanan rantai pasokan yang mereda dan harga yang turun.
Meski demikian, patut digarisbawahi bahwa gelontoran dolar tersebut masih terpusat di negara maju dan China. China, khususnya, memimpin nilai investasi pada energi terbarukan, terutama pada sektor tenaga surya.
Namun, sudah menjadi rahasia umum pula bahwa sementara investasi di sektor terbarukan China melonjak tajam, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara untuk mengamankan ketahanan energi juga terus melaju.
"Jika kita melihat tren ini, tentu saja menggembirakan, tetapi masih jauh dari harapan. Kita masih jauh dari target 1,5 derajat," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.
Bloomberg New Energy Finance (BloombergNEF) sebelumnya telah memperingatkan bahwa dunia perlu berinvestasi lebih dari dua kali lipat dalam teknologi bersih untuk mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini.