Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Indonesia-Australia, Emiten Pada Dua Sektor Ini Bisa Ketiban Berkah

Kesepakatan antara Indonesia dengan Australia terkait Comprehensive Economic Agreement diprediksi membawa berkah untuk emiten sektor makanan minuman dan tekstil. Berikut ulasannya

Bisnis.com, JAKARTA -- Beberapa emiten berpeluang meningkatkan pasar ekspor dari hasil kesepakatan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Agreement (IA-CEPA).

Emiten sektor tekstil dan konsumer akan ketiban berkah kesepakatan antara Indonesia dengan Australia tersebut.

Pasalnya, hasil kesepakatan itu berarti tarif perdagangan antar kedua negara bisa dihapuskan. Sebelumnya, Indonesia dikenakan tarif sebesar 5%.

Dengan begitu, Indonesia akan bisa bersaing lebih seimbang dengan sesama negara Asean seperti, Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

Bahana Sekuritas memperkirakan industri makanan menjadi sektor utama yang bakal menerima berkah dari kesepakatan tersebut. Soalnya, kandungan impor sektor itu cukup besar.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. menjadi pengimpor gandum porsi besar dalam struktur biayanya.

Lalu, PT Mayora Indah Tbk. memiliki kebutuhan gula yang tinggi, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. yang membutuhkan tepung, dan PT Sarimelati Kencana Tbk. yang membutuhkan tepung dan daging sapi.

Sarimelati Kencana pemegang merek Pizza Hut ini berharap bisa menekan biaya produksi dari produk impor perseroan.

Beberapa produk impor perseroan antara lain, daging sapi dan keju. Kedua bahan itu berkontribusi sebanyak sepertiga dari total biaya bahan baku.

Namun, emiten berkode PZZA itu belum memberikan estimasi potensi penurunan biaya produksi dari hasil kesepakatan dengan Australia tersebut.

Dari sisi sektor tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk. langsung berencana ekspansi ekspor ke Australia.

Corporate Communication Sri Rejeki Isman Joy Citra Dewi mengatakan, penjualan ekspor ke Australia pada tahun lalu masih rendah yakni, sebesar 2% terhadap total penjualan perseroan.

Ekspor ke Australia didominasi oleh segmen garmen atau pakaian jadi.

Selain memburu ekspor, emiten berkode SRIL juga berencana membeli katun asal Australia.

Joy mengatakan, perseroan memperkirakan porsi impor katun dari Australia sebesar 20% sampai 25% dari total kebutuhan katunnya. Dengan porsi yang tidak terlalu besar, perseroan memperkirakan dampak kesepakatan dengan Australia dengan biaya produksinya tidak terlalu signifikan.

PT Asia Pacific Fibers Tbk. menyambut positif penandatanganan kesepakatan IA-CEPA. Emiten berkode POLY itu mencari produk yang memiliki nilai tambah seperti, produk antiapi, antibakteri, dan benang otomotif.

Senada, PT Pan Brothers Tbk. juga berharap ekspor produk ke Australia bisa meningkat. Sejauh ini, perseroan sudah ekspor ke Negeri Kangguru itu, walaupun dengan jumlah yang masih kecil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper